Sabtu, 04 September 2010

Meditasi

Ada bermacam-macam istilah meditasi dalam agama Buddha yaitu : Bhavana/ Samadhi . Meditasi sendiri mempunyai arti : pikiran yang terfokus / terpusat pada objek meditasi yang dipilih
Ada 2 macam meditasi/Bhavana yaitu :
1. Samatha Bhavana adalah meditasi untuk ketenangan batin
2. Vipassana Bhavana adalah meditasi untuk pandangan terang

Agar seseorang dapat melaksanakan meditasi dengan baik, ia harus :
• Memiliki keinginan yang kuat (tekad)
• Memiliki moral yang baik (sila)
• Sehat jasmani dan batin
• Memiliki tempat latihan yang sesuai
• Memiliki waktu senggang
• Adanya guru pembimbing
• Memiliki buku pedoman Meditasi (Kitab Suci)
• Memiliki obyek meditasi yang sesuai dengan sifatnya
• Memiliki teman yang bermoral

Manfaat meditasi secara umum
1. Pikiran tenang dan terkendali
2. Wajah berseri-seri
3. Bangun tidur dengan segar
4. Tidak mudah marah-marah
5. Sabar menghadapi segala permasalahan

Sang Buddha mengajarkan 4 cara bermeditasi yaitu :
1. Meditasi dengan cara duduk. Meditasi dengan cara ini biasanya dilakukan bagi pemula dan tingkat lanjut. Caranya duduk bersila (padmasana) badan tegak tetapi rilek, sebaiknya tidak bersandar pada dinding atau sandaran lain, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran dipusatkan pada obyek yang dipilih.
2. Meditasi dengan cara berdiri. Berdiri dengan kaki sedikit renggang, kedua tangan didepan dada, tangan kanan memegang tangan kiri, usahakan dapat menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang, pikiran berkonsentrasi pada obyek yang dipilih.
3. Meditasi dengan cara berjalan. Meditasi berjalan disebut cankamana. Meditasi ini dapat dipraktikkan dengan beberapa cara, antara lain :
• Berjalan denganmenghitung langkah kaki
• Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri, kekanan. Menghitung langkah kaki kanan melangkah atau menyadari kaki kiri melangkah dst.
• Berjalan dengan menggunankan obyek meditasi nimitta (bayangan) tubuh kita sendiri.
4. Meditasi dengan cara berbaring. Berbaring dengan posisi tubuh miring kekanan atau kekiri (kaki kanan/kiri diatas) seperti posisi tubuh Sang Buddha ketika pariNirvana (wafat), kaki lurus, kepala ditopang dengan tangan kanan/kiri, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran terpusat pada obyek meditasi yang dipilih.

Karma

Karma berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi baik atau karma baik dan ada pula aksi buruk atau karma buruk. Istilah karma sering diartikan secara keliru sebagai hukuman turunan/hukuman berat. Buddha menjelaskan secara jelas arti dari karma sebagai kehendak. Setelah memiliki kehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran. Jadi, karma berarti semua jenis kehendak, yang dilakukan oleh jasmani, perkataan dan pikiran, yang sifatnya baik maupun buruk.
Karma atau sering disebut sebagai Hukum karma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan karma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari karma disebut sebagai karma Vipaka.

Kamis, 02 September 2010

Sangha

Sangha adalah perkumpulan Bhikkhu/Bhikkhuni. Sangha adalah pengemban amanat Sang Buddha. Sangha adalah pewaris Dhamma dan pewaris Vinaya (peraturan). Sangha siswa Sang Bhagava bertindak baik, lurus, benar, patut dan Sangha merupakan lapangan untuk menanam jasa kebajikan yang tiada taranya.

Ada 2 macam Sangha yaitu :
• Ariya Sangha adalah persaudaraan Bhikkhu/i suci yang telah mencapai tingkat kesucian (Sotapana, sakadagami, Anagami, Arahat)
• Sammuti Sangha adalah persaudaraan Bhikkhu/i yang belum mencapai tingkat kesucian.

Umat Buddha berlindung kepada Ariya Sangha.

Di Indonesia Sangha terbagi menjadi 3 ( Tiga ) yaitu :
1. Sangha Theravada Indonesia
2. Sangha Mahayana Indonesia
3. Sangha Agung Indonesia

Ketiga Sangha ini tergabung dalam Kesatuan Agung Sangha Indonesia ( KASI ). Bhikkhu pertama Pembangkit Agama Buddha di Indonesia adalah YM. Maha Nayaka Sthavira Ashin Jinarakhitta.

Cara menghormati Sangha adalah :
• Menghormati gambar-gambar dari para Ariya Sangha
• Memberi salam kepada Sangha ketika bertemu
• Mendukung Sangha dalam menjalankan Vinaya-nya

Dharma

Dharma adalah Kebenaran. Dharma adalah Ajaran Buddha, yang menuntun pada terhentinya penderitaan dan tercapainya kebahagiaan tertinggi, yaitu Nirvana. Ada banyak sekali ungkapan untuk menyatakan apa itu Dhamma.
Dhamma mengandung banyak pengertian. Diantaranya :
• Dhamma adalah Ajaran Buddha
• Dhamma adalah Kesunyataan
• Dhamma seperti kaca karena merupakan perwujudan sila, konsentrasi dan kebijaksanaan.
• Dharma seperti jembatan karena Dhamma membantu kita menyeberangi arus penderitaan sampai tercapai Nirvana
• Dharma seperti sebuah jalan agung, karena mengajarkan kita menjadi orang baik

Beberapa pengertian di atas semuanya benar. Seperti yang telah diceritakan Dhamma dibabarkan Sang Buddha pertama kali di Taman Rusa Isipatana. Sampai saat ini Dhamma yang diajarkan Sang Buddha masih relevan terhadap perkembangan dunia.

Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha mempunyai tiga aspek yaitu :
• Dharma harus di pelajari
• Dhamma harus dilaksanakan
• Dhamma harus dicapai

Ada beberapa cara sederhana untuk tahap awal agar seseorang dapat memenuhi tiga aspek di atas yaitu :
• Mulailah dengan disiplin dan tekad yang kuat untuk mencari tahu Dhamma itu seperti apa. Ketika hari Minggu Anda mengikuti puja bakti datanglah tepat waktu, berpakaian rapi, mengikuti seluruh rangkaian puja bakti dengan serius dan penuh konsentrasi. Inilah praktek Dhamma yang sangat sederhana.
• Letakanlah, gunakan buku – buku puja bakti/ buku Dhamma dengan baik. Tidak melempar/membuang buku – buku Dhamma, tidak melangkahi, tidak memakainya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga dengan demikian Anda telah menghormati Dhamma.

Buddha

Buddha adalah Yang Sadar. Seseorang yang telah mencapai Penerangan Sempurna (Bodhi). Seorang Buddha mempunyai sifat cinta kasih dan kasih sayang yang universal, maha suci dan maha bijaksana. Seorang Buddha telah sempurna dalam hal pengetahuan dan tingkah laku. Buddha adalah pembimbing umat manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang patut dimuliakan.
Setiap makhluk pasti memiliki benih keBuddhaan yang disebut Bodhicitta, sehingga setiap makhluk memiliki potensi untuk menjadi Buddha. Dengan mengetahui cara berpikir seperti inilah maka, seorang Buddhis harus menghargai setiap makhluk sekecil apapun.
Di dunia ini banyak sekali yang telah menjadi Buddha. Ada Buddha yang muncul sebelum Buddha Gotama dan ada Buddha yang akan muncul setelah Buddha Gotama.

Ada tiga Macam Buddha yaitu :
• Samma Sambuddha adalah seseorang yang mencapai tingkat Kebuddhaan dengan usaha sendiri, tanpa bantuan makhluk lain dan mampu memberi pengajaran kepada dewa dan manusia. Dan para makhluk yang diberi pengajaran juga dapat mencapai kesucian batin. Buddha Gotama adalah seorang Samma Sambuddha.
• Pacceka Buddha adalah seseorang yang mencapai tingkat Kebuddhaan dengan usaha sendiri, tanpa bantuan makhluk lain, tetapi tidak mampu mengajar para dewa dan manusia hingga mencapai kesucian batin. Pacceka Buddha hanya dapat mengajarkan sila dan perbuatan baik lainnya.
• Savaka Buddha adalah seseorang yang mencapai penerangan Sempurna setelah belajar/melaksanakan ajaran Samma Sambuddha.

Cara memberi penghormatan kepada Buddha yaitu :
• Bernamaskara di depan rupang / patung Buddha
• Tidak mencemooh penampilan rupang-rupang Buddha, contohnya membandingkan rupang Buddha yang ini jelek, yang itu bagus
• Tidak meletakkan Rupang Buddha/Bodhisattva di sembarang tempat

Membuat Pembatas Buku Dhammapada

Dhammapada merupakan salah satu kitab suci agama Buddha dari bagian Khuddaka Nikāya, yang merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka. Dhammapada terdiri dari 26 vagga (bab) 423 bait. Kisah/cerita yang melatarbelakangi munculnya syair-syair dalam Dhammapada terangkum dalam Dhammapada Atthakatha. Agar anak lebih mengenal Dhammapada, kali ini kita akan membuat pembatas buku yang berisi bait Dhammapada.

Alat & Bahan
- kertas karton ukuran 12 x 5 cm
- pensil warna, spidol
- alat & plastik laminating
- perforator(pelubang kertas)
- pita
- kitab suci Dhammapada

Langkah-langkah
- pilih salah satu bait Dhammapada
- tuliskan bait Dhammapada tersebut di karton
- hias dengan pensil warna dan spidol
- masukkan ke dalam plastik laminating kemudian laminating
- lubangi bagian ujung dengan perforator
- ikatkan pita pada bagian yang dilubangi

Rabu, 01 September 2010

Mengajar Ekspresif

Ketika kita mengajar sesuatu kepada anak-anak kita diperlukan beberapa metode agar kita dapat mengajar dengan ekspresif. Kita dapat menggunakan kreasi alat peraga.
Kreasi alat peraga ini merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk dapat menyampaikan materi lebih ekspresif sehingga apa yang disampaikan mudah dimengerti, diterima dan diingat oleh anak-anak.

Contoh alat-alat Bantu yang dapat digunakan adalah :
a. Guru sebagai alat peraga
Maksudnya guru dapat bergaya dan berperan sebagai tokoh dalam cerita yang ia sampaikan.
b. Papan tulis sebagai alat peraga
Maksudnya guru dapat menggunakan papan tulis untuk memperjelas maksud yang akan disampaikan, dengan cara digambar, ditulis.
c. Boneka peraga/ wayang
d. Model kecil/duplikat
Maksudnya guru dapat membuat cerita lebih hidup, jika guru membuat seperti aslinya. Contoh Binatang kera dibuat model kera.
e. Flash card/cerita bergambar/ foto-foto/slide
f. Anak sebagai alat peraga
Maksudnya anak dapat diajak bermain peran, bergerak sesuai cerita.
h. Alat Bantu yang berupa bunyi-bunyian
contoh : langkah kaki, derap kuda. Suara kereta api.

Selain alat bantu guru juga harus menghayati isi cerita, sehingga ketika bercerita, cerita itu bisa hidup. Oleh karena itu ada beberapa latihan yang harus diikuti :
1. Olah VOCAL
Berlatihlah keras – berteriak – lembut – lirih
Cepat – lambat – amat lambat
Suara marah / emosi – percakapan biasa – suara sedih
Suara tegas/berwibawa – terharu – bimbang
Suara memohon, meratap
2. Olah TUBUH
Berlatihlah untuk berjalan dengan beberapa ekspresi:
santai – tenang – rileks
tegas – berwibawa – penuh percaya diri
lemah – loyo – lesu
seperti orang tua yang gemetaran
seperti orang sakit yang pucat
3. Olah MIMIK MUKA
Berlatihlah mimik muka :
Tenang – rilek
Tegas – berwibawa
Begis – sadis – keras
Ramah – murah senyum
Sedih – pilu
Melamun ” Jauh ”

Lakukanlah dengan penuh Ekspresif dengan bantuan kata KITA, KAMU, AKU

Alergi pada Anak

Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak ternyata juga rentan terhadap alergi. Alergi merupakan suatu reaksi kekebalan tubuh yang abnormal (berlebihan) karena disebabkan oleh zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Berikut adalah tips-tips untuk menghindari pemicu alergi pada anak, yang disampaikan oleh Dr. dr. Harsono Notopuro, Sp.PA (K)

Jika anak anda alergi:
1. pakailah kasur, bantal, guling dari spons. Bungkuslah kasur, bantal, dan guling tersebut dengan plastik, baru diberi sarung dengan bahan dari katun. Sarung bantal, guling dan seprei harus sering dicuci dan dibilas dengan air yang banyak supaya tidak ada sisa-sisa sabun atau bau sabun/detergen lainnya. Jangan simpan dalam almari yang ada kampernya atau bau-bauan yang lain.
2. Perabotan isi kamar harus sesedikit mungkin, hindari sedapat mungkin korden, koset, boneka dari wol, buku-buku, surat kabar/majalah lama, tikar pandan. Bersihkan kamar dua kali sehari dengan mengepel lantai, bersihkan kaca-kaca jendela dll dengan air biasa/detergen tanpa bau yang merangsang
3. Jangan pelihara anjing, kucing, binatang-binatang di dalam kamar atau dekat kamar anak
4. Tutuplah jendela dan gunakan AC. Perhatikan apakah filter AC anda sudah kotor atau masih bersih. Jangan gunakan bau-bauan pada AC anda
5. Jangan menyemprot obat nyamuk waktu anak berada dalam kamar tidur. Jarak waktu menyemprot dan masuknya anak ke dalam kamar sebaiknya lebih dari 4 jam.
6. Hindarkan bau-bauan yang merangsang, misalnya rokok, bedak, cat, parfum, bau ikan asin goreng, deodoran, kamper, dll
7. Jangan bawa anak ke tempat yang berdebu, misalnya pasar malam, taman remaja, pesta-pesta dimana ada ada AC dan banyak yang merokok
8. Hindarkan hawa panas dan lembab, misalnya pasar tempat orang berjualan dimana lantai bawah becek dan atapnya terbuat dari seng
9. Perhatikan tembok anda, apakah terdapat tanda-tanda basah, cat tembok yang menggelembung, bercak dari tembok anda, kalau mungkin pakailah cat tembok yang kedap air
10. Hindari obat-obat yang mengandung "Asitosal, Jodium"
11. Hindari makanan seperti coklat, zat warna dalam makanan dan minuman, tempe, kenari, kacang-kacangan, mangga, pisang ijo, sirsak, nanas, blewah, kelapa kopyor, alpukat; kelompok rempah-rempah seperti lombok, merica, ketumbar, pala, sereh, jahe, keningar; kelompok ikan laut seperti kerang, cumi-cumi, ubur-ubur, teripang, udang, tiram; makanan terlalu panas/dingin, cuka, acar, asinan, manisan

Minggu, 29 Agustus 2010

Persembahan Buah

Namo Buddhaya semuanya, mengingat jumlah adik-adik GABI (sekolah minggu Buddhis) usia prasekolah semakin banyak, kali ini Kakak-kakak pembina akan berbagi salah satu kegiatan memperkenalkan persembahan altar, khususnya persembahan buah. Kita akan membuat gambar buah jeruk, tapi bukan hanya buah jeruk, mau tau? Yuk kita baca panduan berikut ini.....

Bahan :
- kertas A4
- kertas lipat warna hijau, biru, kuning, merah, hitam
- gunting, lem & alat tulis

Persiapan:
- buatlah 5 buah gambar jeruk di kertas A4 sesuai dengan jumlah siswa
- buatlah 5 bentuk (persegi, lingkaran, segitiga, bintang, hati) pada kertas lipat dan bedakan berdasarkan warna, misalnya persegi di kertas warna biru, lingkaran di kertas warna hijau)

Langkah-langkah:
- bagikan gambar jeruk beserta 5 buah bentuk ke setiap anak
- sediakan juga lem yang dapat mereka gunakan untuk menempel
- mintalah mereka menempelkan bentuk-bentuk itu ke masing2 jeruk, berikan instruksi, misalnya di dalam jeruk pertama tempelkan bentuk persegi, di jeruk ke dua tempelkan bentuk bintang dst
- setelah mereka menempelkan bentuk-bentuk tersebut ke dalam gambar jeruk, kakak pembina dapat menanyakan bentuk dan warna dari setiap bentuk baik dalam bahasa indonesia maupun bahasa inggris atau mandarin, selain itu kakak pembina dapat juga meminta anak untuk menghitung jumlah jeruk pada gambar

Pengembangan:
- berikan keterangan gambar/warna berupa tulisan dengan huruf putus-putus yang dapat anak-anak tebalkan, tujuannya untuk melatih anak mengenal huruf dan melatih motorik anak

Komentar dari penulis :
Dari materi ini ada banyak hal yang bisa kita ajarkan, mulai dari mengenal persembahan, berhitung, mengenal bentuk, warna dan bahasa. Selain itu kita juga bisa melatih motorik anak dengan cara menempelkan bentuk-bentuk tersebut, merangsang visualnya dengan beragam bentuk dan auditorinya melalui instruksi-instruksi yang diberikan. Sebelum kegiatan dimulai, kakak pembina bisa menanyakan apakah ada yang punya altar di rumah, persembahan apa yang biasa dipersembahkan oleh anak-anak, kemudian baru sampaikan bahwa kita juga bisa mempersembahkan buah di atas altar, misalnya jeruk. Berikut ini adalah contoh hasilnya

Jumat, 20 Agustus 2010

Kursus Dasar Agama Buddha Paket A

Bagi teman-teman, pembina GABI yang ingin meningkatkan atau merefresh kembali pengetahuan tentang Dharma, ikutilah Kursus Dasar Agama Buddha Paket A (KDAB A) yang akan diselenggarakan pada :
               
  • Hari : Minggu, 29 Agustus 2010
  • Jam : 10.00 - 18.00 WIB
  • Tempat : Vihara Buddhayana Surabaya

Topik yang akan dibahas pada KDAB A ini yaitu :
- Inikah praktik agama kita
- Kemuliaan terlahir sebagai manusia
- Tiga corak kehidupan
- Tiga permata tiga perlindungan

Topik di atas akan dibawakan oleh MUP Krishnanda Widjaja Mukti dan Lim Hendra dari Pusdiklat Agama Buddha Indonesia.

Jadi tunggu apa lagi, segera daftarkan diri anda ke sekretariat panitia di Vihara Buddhayana Surabaya Jl. Putat Gede No.1 Surabaya

Jumat, 06 Agustus 2010

Hiri & Ottapa

Dalam Buddhist ada 2 hal yang dapat kita jadikan pedoman dalam meningkatkan kualitas diri kita, yaitu hiri dan ottapa. Hiri artinya rasa malu untuk berbuat jahat sedangkan ottapa berarti rasa takut akibat perbuatan jahat. Dengan mengembangkan hiri dan ottapa, kita akan terhindar dari perbuatan yang tidak baik. Itulah sebabnya hiri dan ottapa dikenal dengan sebutan pelindung dunia. Pada prinsipnya, hiri dan ottapa ini bisa timbul pada diri kita jika kita memiliki pengetahuan yang benar tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan. Kita ambil sebuah contoh, misalnya mencuri. Jika kita mencuri, akibat apa yang akan kita dapatkan? Bila mencuri kita bisa ditangkap dan dipenjara, kita juga akan terlahir sebagai orang yang miskin. Contoh lain lagi, bagaimana jika kita berbohong? Kalau kita sering berbohong orang tidak ada yang mau percaya dengan kita, tidak ada yang mau berteman dengan kita. Selain itu, orang yang suka berbohong akan terlahir cacat(mulut sumbing, mulut yang berbau), tidak dipercaya dan sering menjadi sasaran fitnah dan caci maki. Pasti kita tidak mau kan menderita seperti itu, oleh sebab itu kita harus memiliki sila yang baik dengan tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong dan juga tidak mengkonsumsi barang2 yang dapat menimbulkan lemahnya kesadaran kita. Dan ingatlah selalu untuk berbuat baik dan selalu mengembangkan hiri dan ottapa. ^-^

Minggu, 01 Agustus 2010

IPGABI

Di antara para pembaca, mungkin ada yang bertanya-tanya apa sih IPGABI itu. IPGABI merupakan singkatan dari Ikatan Pembina Gelanggang Anak-anak Buddhis Indonesia. IPGABI didirikan pada tanggal 25 Juni 1995 pada Sarasehan dan Temu Karya Nasional VIII Sekber PMVBI (Pemuda Buddhayana) di Jakarta. IPGABI merupakan wadah persatuan dari para pembina gelanggang anak-anak Buddhis Indonesia dan merupakan perangkat organisasi Sekretariat Bersama Persaudaraan Muda-mudi Vihara-vihara Buddhayana Indonesia (Sekber PMVBI (Pemuda Buddhayana)). Tujuan IPGABI adalah menghimpun dan mengkoordinasikan segenap potensi pembina gelanggang anak-anak Buddhis di lingkungan vihara/cetiya agar tekun membina diri serta aktif membantu usaha-usaha pengembangan Agama Buddha Indonesia.
Secara hirarki organisasi, IPGABI terdiri dari:
  • Organisasi skala nasional, yang dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat
  • Organisasi skala Provinsi, yang dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah
  • Organisasi skala vihara/cetiya, yang dipimpin oleh seorang Koordinator IPGABI PMV/C
Nah sekarang sudah tahu kan apa itu IPGABI..... Bagi rekan-rekan yang berminat silakan bergabung dengan kami untuk melayani para Buddha kecil yang tergabung dalam Gelanggang Anak-anak Buddhis Indonesia (sekolah minggu Buddhis) dan demi perkembangan Buddha Dhamma ^-^

Malu dan Takut

Jadi anak jangan pemalu,
apalagi malu-maluin.
Jadi anak jangan penakut,
apalagi suka nakut-nakutin.

Reff
Boleh malu kalau berbuat jahat
Boleh takut kalau berbuat salah
Maka jadilah engkau anak yang baik
Sesudah besar jadi orang berguna

Tathagata

Terpujilah Hyang Tathagata yang telah mencapai penerangan
Yang sempurna yang termulia di surga dan dunia
Yang membabarkan kesunyataan mengguncangkan alam semesta
Pelita kasih sayang telah menjalar dari Boddhigaya

Oh, untuk mu dan untukku dia berpesan untuk selalu
Berpedoman pada vinaya penuntun jalan hidup
Bagi semua dia wariskan hiri dan ottapa pelindung dunia
Persahabatan dan persamaan lenyapkan samsara

Oh... Engkau terpujilah Hyang Buddha
Oh... Engkau termulia
Oh... Engkau guru dewa dan manusia
Oh... Engkau pelindung dunia

Kamis, 22 Juli 2010

Brahmavihara

Brahmavihara / kediaman luhur adalah keadaan batin yang sempurna, luhur atau mulia. Empat keadaan batin ini dikatakan sempurna atau luhur karena merupakan cara bertindak dan bersikap yang benar dan ideal terhadap semua makhluk hidup. Keempatnya menyediakan jawaban terhadap semua situasi yang muncul dalam kontak sosial. Batin seorang Buddha / Arahat memiliki empat keadaan batin ini secara sempurna. Brahmavihara terdiri dari 4 hal yaitu:

Metta
Cinta kasih universal, tanpa nafsu untuk memiliki, tanpa membedakan. Metta dapat diumpamakan sebagai: “ seorang ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya, seharusnya seseorang yang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk “. Nasihat sang Buddha tersebut adalah perasaan cinta kasih yang tidak didasarkan pada nafsu seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan yang murni untuk membahagiakan anaknya.

Karuna
Kasih sayang, bersyukur atas apa yang kita miliki, memiliki empati pada kesulitan makhluk lain. Kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.

Mudita
Turut berbahagia atas kebahagiaan yang dirasakan makhluk lain. Mudita dapat mencabut akar irihati yang merusak. Mudita juga dapat menolong orang lain mencapai kebahagiaan. Sasaran utama mengembangkan mudita adalah terhadap semua makhluk yang makmur dan sejahtera.

Upekkha
Tenang seimbang, kondisi batin yang tenang dan tak tergoyahkan, baik oleh hal-hal yang membuat kita berbahagia maupun membawa penderitaan. Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa dengan pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai. Demikianlah mereka melatih keseimbangan batin.

Nirvana

Nirvana adalah tujuan akhir umat Buddha. Nirvana adalah kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan Nirvana tidak terikat pada kondisi, konstan dan stabil. Kebahagiaan Nirvana tidak tergoyahkan oleh apapun dan berlangsung selamanya. Nirvana bukanlah suatu tempat. Nirvana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nirvana bukanlah suatu surga.

Nirvana secara harafiah berarti berhentinya suatu proses karena hilangnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses tersebut. Sang Buddha menggunakan kata Nirvana sebagai penunjuk terhadap berhentinya proses kelahiran kembali yang mengakibatkan makhluk hidup terus menerus diliputi oleh Dukkha.

Nirvana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan bathin (moha). Nirvana merupakan bagian ketiga dari Empat Kesunyataan Mulia, yaitu Lenyapnya Dukkha

Empat Kebenaran Mulia

Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran absolut atau mutlak yang berlaku bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya, maupun agama. Mengakui atau tidak mengakui, suka atau tidak suka, setiap manusia mengalami dan diliputi oleh hukum kebenaran ini.
Empat Kebenaran Mulia ditemukan oleh Pertapa Siddharta yang bermeditasi di bawah Pohon Bodhi hingga memperoleh Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha. Empat Kebenaran Mulia yang ditemukan itu diajarkan oleh Buddha Gotama kepada umat manusia di bumi ini. Muncul ataupun tidak muncul seorang Buddha di dunia ini, kebenaran itu akan tetap ada dan berlaku secara universal.
Empat Kebenaran itu adalah:
  1. Kesunyataan tentang adanya Dukkha (Dukkha)
  2. Kesunyataan tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
  3. Kesunyataan tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
  4. Kesunyataan tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga)
Dukkha dalam Empat Kebenaran Mulia diterjemahkan sebagai hal-hal yang tidak membawa kepuasan sejati, kepuasan hati yang berlangsung selamanya. Karena seluruh alam semesta memiliki sifat selalu mengalami perubahan, maka perasaan bahagia yang bergantung pada kondisi tidak dapat bertahan karena kondisi akan selalu mengalami perubahan.

Senin, 19 Juli 2010

Tripitaka

Tripitaka (bahasa Sansekerta) atau Tipitaka (bahasa Pali) adalah kitab suci agama Buddha.

Tripitaka artinya 3 keranjang / kelompok
3 kelompok Tripitaka yaitu :
      1.Vinaya pitaka, berisi peraturan kebhikkhuan
      2.Sutta Pitaka, berisi mengenai sabda-sabda Sang Buddha
      3.Abidhamma Pitaka, berisi analisa mendalam ajaran Sang Buddha yang mencakup ilmu fisika dasar, ilmu jiwa, logika, dan etika

Kelompok Tripitaka di atas masih terbagi lagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Beberapa yang sering kita jumpai, misalnya Dhammapada dan Jataka merupakan bagian dari Khuddaka-Nikaya yang tergolong dalam Sutta Pitaka.

Setelah sang Buddha parinibbana, para Siswa utama Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki kemampuan khusus di bidangnya, berkumpul untuk mengulang kembali ajaran-ajaran Buddha.
Peraturan kebhikkhuan diulang oleh Y.A. Upali, siswa Buddha yang terkemuka dalam mempelajari Vinaya. Sedangkan sabda-sabda Buddha diulang oleh Y.A. Ananda, siswa yang selalu mendampingi Buddha, memiliki ingatan yang sangat bagus sehingga dikenal sebagai Bendahara Dhamma.
Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa.

Ajaran yang diulang inilah yang kemudian hari ditulis menjadi Tripitaka

Bendera Buddhis


Bendera Buddhis, terdiri dari lima warna, yaitu :
Biru artinya bakti
Kuning artinya bijaksana
Merah artinya cinta kasih
Putih artinya suci
Jingga/Orange artinya semangat

Warna Bendera Buddhis berasal dari aura Buddha yang dipancarkan dari tubuh Buddha, baik yang melingkar dibelakang kepala maupun yang menyelubungi tubuhnya. Aura Buddha terdiri dari 6 macam, yaitu: Biru, Kuning, Merah, Putih, Jingga/orange, dan campuran dari kelima warna sebelumnya. Aura tubuh Buddha muncul pertama kali setelah mencapai penerangan sempurna di hutan Uruvela. Belakangan warna aura tubuh Buddha tersebut dijadikan sebagai Bendera Buddhis oleh J.R. De Silva dan Kolonel H.S.Olcott untuk menandakan kembali kebangkitan kembali agama Buddha di Ceylon.

Kamis, 15 Juli 2010

Tekad Bodhicitta

Berlindung dan Membangkitkan Boddhicitta

Saya Berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha hingga mencapai penerangan
Melalui kebajikan yang saya lakukan, semoga saya mencapai tingkat KeBuddhaan bagi kebahagiaan semua makhluk. (3x)

Empat Hal yang tak terhingga


Semoga semua makhluk berbahagia dan memiliki penyebab kebahagiaan.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan dan penyebab penderitaan.
Semoga semua makhluk tidak terpisah dari kebahagiaan tanpa penderitaan.
Semoga semua makhluk berada dalam ketenangan,
terbebas dari dualisme, keterikatan dan kemarahan

Semoga aku menjadi obat bagi yang sakit
Semoga aku menjadi makanan bagi yang kelaparan
Semoga aku menjadi pelindung bagi yang dalam bahaya
Semoga aku menjadi embun bagi yang murka
Semoga aku menjadi pemandu bagi yang tersesat
Semoga aku menjadi bahtera bagi yang menyeberang
Semoga aku menjadi pelita bagi yang dalam gulita

Semoga sepanjang masa
Saat ini dan selamanya
Aku melayani, untuk menjadi sempurna
Aku menjadi sempurna, untuk melayani
Aku ingin jadi Buddha
Semoga yang lain tercerahkan juga.

8 Transformasi Pikiran

( + untuk Pagi hari )

Dengan pikiran untuk mencapai penerangan,
Demi kebahagiaan semua makhluk,
Yang lebih mulia daripada permata pengabul harapan
Saya akan selalu memegangnya dengan penuh belas kasih

Apabila saya bersama orang lain saya akan menempatkan diri saya
Sebagai yang terendah,
Dan dari hati saya yang terdalam
Saya akan memandang orang lain sebagai orang yang sangat mulia

Dalam semua perbuatan, saya akan mengawasi pikiran saya
Dan pada saat keadaan yang mengganggu muncul,
Yang membahayakan diri saya dan orang lain
Saya akan berusaha melawan dan menghilangkannya.

Apabila saya bertemu dengan orang yang berkelakuan buruk,
Yang diliputi oleh keburukan dan penderitaan yang hebat,
Saya akan memperlakukan orang seperti itu dengan cinta kasih.
Seperti jika saya menemukan suatu harta yang tak ternilai

Jika orang lain dengan penuh kedengkian
Memperlakukan saya dengan buruk melalui kekerasan, fitnah dan sebagainya,
Saya akan mengalah dan memberikan kemenangan kepada mereka

Ketika saya telah berbuat baik pada seseorang
Dan saya telah menaruh harapan kepercayaan besar kepadanya
Kemudian ia menyakiti saya
Saya akan memandangnya sebagai guru utama saya

Singkatnya saya akan memberikan secara langsung atau tidak langsung
Setiap keuntungan dan kebahagiaan kepada semua makhluk, ibu saya
Saya akan menanggung secara diam-diam
Semua penderitaan dan perbuatan mereka yang menyakitkan

Tanpa latihan ini dikotori oleh delapan noda keduniawian,
Dan dengan memandang semua fenomena sebagai ilusi,
Saya akan berlatih tanpa kemelekatan untuk membebaskan semua makhluk,
dari perbudakan pikiran yang belum ditundukkan karma.

Senin, 12 Juli 2010

Peta Menuju Nibbana



Peralatan : Karton manila, spidol, lem, gunting, pensil warna

Cara bermain:
  • bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok
  • setiap kelompok harus menyelesaikan pertanyaan di pos 1 dan 2
  • pos 1 berisi 15 pertanyaan dan setiap pertanyaan bernilai 1 poin
  • pos 2 terdiri dari 5 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan bernilai 2 poin
  • Ada 3 pilihan bantuan yang ditawarkan :
          a. Gudang Dharma berisi buku-buku referensi (hanya dapat digunakan sebanyak 2x)
          b. Bertanya kepada orang sekitar ( hanya dapat digunakan sebanyak 1x )
          c. Jawaban 50 % benar – 50% salah dari Guru ( hanya dapat digunakan sebanyak 1x )
  • Setelah menyelesaikan pertanyaan di pos 1, siswa diberi urutan peta menuju nibbana (berisi jalan tengah beruas 8 beserta pengertian singkatnya)
  • Setelah menyelesaikan pertanyaan di pos 2, siswa diberi kesempatan untuk menukarkan poin yang diperolehnya dengan peralatan yang tersedia (setiap peralatan mempunyai poin masing-masing, misalnya karton = 5 poin, spidol = 3 poin dst)
  • Setelah mendapatkan peralatan, siswa ditugaskan membuat peta menuju nibbana dengan memasangkan jalan tengah beruas 8 dengan penjelasannya, kemudian dihias

Jalan tengah beruas 8:
  • Pengertian benar : memiliki pengertian yang benar tentang keadaan hidup ini
  • Pikiran benar : memiliki pikiran tidak membenci, tidak serakah, dan tidak bodoh
  • Ucapan benar : menghindari ucapan yang menimbulkan rasa benci, dendam, irihati, perkelahian
  • Perbuatan benar : melakukan perbuatan yang luhur, bersusila dan tidak merugikan makhluk lain
  • Mata pencaharian benar : memiliki pekerjaan yang sesuai, yang terhindar dari penipuan, kecurangan, ketidaksetiaan
  • Daya upaya benar : berusaha memunculkan pikiran baik yang belum muncul, dan mengembangkan pikiran baik yang telah muncul; berusaha menstop pikiran buruk yang belum muncul dan menghentikan pikiran buruk yang telah muncul
  • Perhatian benar : senantiasa memperhatikan gerak gerik dari pikiran, perasaan, badan jasmani serta kesadaran kita
  • Konsentrasi benar : pemusatan pikiran pada satu objek, meditasi yang benar

Kamis, 01 Juli 2010

Membuat Bola-bola Coklat

Membaca judul di atas, mungkin membuat kita membayangkan segumpal coklat nikmat berbentuk bola dengan berbagai macam taburan. Namun bagaimana jika bola-bola coklat ini dibuat oleh anak-anak yang masih SD? Tentunya ada beragam cerita menarik dibaliknya. Nah inilah yang dilakukan oleh GABI Vihara Buddhayana Surabaya pada Bulan Juni yang lalu. Mereka membuat bola-bola coklat secara berkelompok. Namun proses membuatnya tidak sama dengan yang biasa dilakukan. Mereka dibagi ke dalam 3 kelompok, dimana setiap kelompok hanya memiliki 1 jenis bahan, dan setiap kelompok memiliki bahan yang berbeda dari kelompok lainnya. Untuk itu mereka harus saling berbagi.
Karena ini adalah proyek untuk anak-anak, maka bahannya pun tidak sekompleks yang biasa dibuat, hanya menggunakan marie yang sudah dihaluskan, susu kental manis dan meises sebagai taburannya. Agar lebih higienis, jangan lupa juga gunakan sarung tangan plastik untuk membuat kue. Cara membuatnya mudah, cukup campurkan meises dan susu kental manis, aduk hingga rata kemudian bentuk menyerupai bola dan gulingkan pada meises, dinginkan sebentar di lemari es, bola-bola coklat sudah siap disajikan. Ketika ditanya bagaimana rasanya, anak-anak menjawab "Enak!!!", kakak pembina saja hampir tidak kebagian :) Ya itulah dunia anak-anak, penuh dengan kegembiraan dan keceriaan. Jadi, belajar tidak harus serius terus kan..., kita tetap bisa mengajarkan nilai-nilai melalui berbagai kegiatan yang mereka sukai.

Selasa, 29 Juni 2010

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Sebuah karya yang indah dari dari Sdri. Agnes dipersembahkan bagi seluruh anak Buddhis indonesia


Jumat, 18 Juni 2010

Aku Bisa

Kadang ku takut dan gugup
Dan ku merasa o o tak sanggup
Melihat tantangan di sekitarku
Aku merasa tak mampu

Namun ku tak mau menyerah
Aku tak ingin berputus asa
Dengan gagah b'rani aku melangkah
Dan berkata Aku Bisa

Reff:
Aku Bisa, Aku Pasti Bisa, ku harus terus berusaha
Bila ku gagal, itu tak mengapa, setidaknya ku t'lah mencoba
Aku Bisa, Aku Pasti Bisa, ku tak mau berputus asa
Coba terus coba, Sampai ku Bisa, Aku Pasti Bisa

Song by AFI Junior

Senin, 07 Juni 2010

Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap positif yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri, lingkungan, maupun situasi yang dihadapinya. Percaya diri bukan berarti segala sesuatu harus dilakukan sendiri, namun lebih kepada sikap yakin, mampu, dan percaya bahwa ia memiliki kompetensi untuk melakukan sesuatu karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, dan prestasi yang pernah dicapainya di bidang itu.

Karakteristik orang yang memiliki rasa percaya diri- percaya pada kemampuan diri hingga tidak butuh pujian dan pengakuan dari orang lain
- berani menerima dan menghargai penolakan orang lain
- punya pengendalian diri yang baik
- memandang keberhasilan/kegagalan tergantung dari usaha sendiri, tidak mudah menyerah pada nasib, tidak tergantung pada orang lain
- memiliki cara pandang yang positif
- punya harapan realistik terhadap diri sendiri, jika harapannya tidak terwujud, ia tetap mampu untuk melihat sisi positifnya

Penyebab kurangnya percaya diri
- takut salah
- ragu-ragu

Cara meningkatkan percaya diri
- membuat catatan harian tentang prestasi atau hal baik yang dilakukan setiap hari
- mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, misal sebelum ujian belajar terlebih dahulu
- banyak berlatih
- menyadari bahwa setiap manusia itu berharga dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

Liputan Hari Bakti Anak Kepada Orangtua

Ikatan Pembina Gelanggang Anak-anak Buddhis Indonesia(IPGABI) Propinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Wanita Buddhis Indonesia(WBI) Propinsi Jawa Timur menyelenggarakan acara "Hari Bakti Anak Kepada Orangtua" di Hotel Veni Vidi Vici Surabaya, Minggu (7/3). Berikut ini liputan dari beberapa media tentang kegiatan tersebut:

Judul : Hormat dan Sayang Dalam Sujud

SURABAYA, KOMPAS.com - Anak-anak mulai usia empat tahun sampai belasan mencari orangtuanya. Setelah menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada tanda hormat, mereka melepaskan kaus kaki orangtua masing-masing. Lembaran sapu tangan basah yang disapukan pada kaki orangtua. Dengan sungguh-sungguh, setiap anak membersihkan kaki orangtuanya....

Berita selengkapnya :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/08/13134474/Hormat.dan.Sayang.Dalam.Sujud


Judul : Dharma Buddha dan Bakti kepada Ortu

SURABAYA, JAWAPOS.Co.id— Sebuah keluarga tampak sangat kacau. Orang tuanya sering bertengkar. Sementara anak-anaknya terlibat pergaulan bebas. Sebaliknya, keluarga lain, tetangga mereka, tampak bahagia dan harmonis. Keluarga kedua itu menerapkan prinsip-prinsip dharma Buddha, yakni nilai-nilai moral yang berisi ajaran kebaikan. Anak-anak rajin sekolah Minggu dan beribadah. Sementara orang tua mengantar dan membimbing mereka. Itulah drama teatrikal yang dipentaskan sejumlah umat Buddha di Lotus Ballroom, Hotel Veni Vidi Vici, kemarin (7/3). Pentas tersebut diselenggarakan Wanita Buddhis Indonesia (WBI) Jatim bekerja sama dengan Ikatan Pembina Gelanggang Anak-Anak Buddhis Indonesia. Di samping....

Berita Selengkapnya :
http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=121256


Judul : Umat Buddha Rayakan Hari Bakti Anak

SURABAYA, SURYA.Co.id Umat Buddha Jatim merayakan Hari Bakti Anak kepada Orangtua di Hotel V3 Jl Tambak Bayan, Minggu(7/3). Sejumlah kegiatan digelar, mulai pameran hasil karya anak-anak, pentas seni anak, seminar dan lain-lain. "Ini saatnya menunjukkan kepada khalayak tentang anak-anak Buddhis yang cerdas dan kreatif....

Berita Selengkapnya :
http://issuu.com/surya-epaper/docs/surya_edisi_cetak_08_maret_10

Rabu, 26 Mei 2010

Tangram

Gelanggang Anak-anak Buddhis Indonesia Vihara Buddhayana Surabaya mengadakan lomba bagi siswa siswi sekolah minggu pada tanggal 23 Mei 2010 dalam rangka menyambut Waisak. Salah satu yang dilombakan adalah permainan Tangram.

Tangram adalah sebuah permainan kuno yang berasal dari Cina. Berawal dari sebuah kubus yang dipotong menjadi berbagai bentuk, potongan-potongan tersebut dapat disusun menjadi banyak bentuk, seperti kelinci, bebek, orang menari, dan lainnya. Ada lebih dari 300 bentuk yang dapat disusun dengan potongan tangram yang jumlahnya hanya tujuh.













Senin, 17 Mei 2010

Mewarnai Gambar Buddha Parinibbana



Keterangan
Kegiatan : Mewarnai gambar Buddha Parinibbana untuk siswa prasekolah
Alat : meja gambar, pensil warna atau crayon
Waktu : 30-45 menit

Jumat, 14 Mei 2010

Sambutlah Dia

Buddha Kau agung dan maha suci
Kau berikan kasihMu
Kepada semua makhluk di dunia

Buddha Kau agung dan maha tinggi
Kau berikan cintaMu
Kepada semua umat manusia

Sambutlah sambutlah Dia
Dengan segala rasa cintamu
Ikutilah DhammaNya dan sgala sabdanya

Sambutlah sambutlah Dia
Dengan segala rasa cintamu
Ikutilah jalanNya menuju Nirwana

Rabu, 12 Mei 2010

Perayaan Waisak 2554 BE tahun 2010

Dalam rangka memperingati Hari Tri Suci Waisak 2554 BE Tahun 2010, Gelanggang Anak-anak Buddhis Vihara Buddhayana Surabaya akan mengadakan kegiatan-kegiatan sbb:

Minggu, 23 Mei 2010
: Lomba-lomba
- Usia 3-4 tahun : Lomba memindahkan bendera Buddhis
- Usia 5-6 tahun : Lomba menyusun tangram
- Usia 7-9 tahun : Lomba baca paritta
- Usia 10-13 tahun : Lomba duta Dharma
Jumat, 28 Mei 2010 : Bakti sosial (bagi anak kelas 5 ke atas)
Sabtu, 29 Mei 2010 : Puja bakti memperingati hari Waisak
Minggu, 30 Mei 2010 : Tukar kado Waisak, mandi Buddha

Info lebih lanjut hubungi sekretariat panitia
Vihara Buddhayana Surabaya
Jl. Putat Gede No.1 Surabaya

AJATASATTU, MUSUH YANG BELUM LAHIR

Suatu ketika, Devadatta berselisih paham dengan sang Buddha. Devadatta akhirnya memisahkan diri dari sangha. Devadatta bermaksud mencari dukungan dari pihak kerajaan. Ia berpikir mungkin Pangeran Ajatasattu, anak dari Raja Bimbisara, bisa memberikan dukungan padanya. Devadatta lalu datang kepada pangeran Ajatasattu dan mempertunjukkan kemampuan gaibnya, untuk membuat Pangeran Ajatasattu takjub. Pangeran Ajatasattu yang merasa kagum pada Devadatta akhirnya menjadi mudah untuk dipengaruhi oleh Devadatta. Devadatta menghasut Pangeran Ajatasattu untuk mengambil alih tahta kerajaan dan membunuh ayahnya. Mendengar hasutan itu, pangeran Ajatasattu terpengaruh, dan akhirnya merencanakan untuk mengambil alih tahta kerajaan dari Ayahnya.
Ketika Raja Bimbisara mengetahui rencana anaknya, Ia bukannya justru menghukum anaknya. Malahan Raja Bimbisara menyerahkan tahta kerajaan kepada Ajatasattu seperti yang diinginkan anaknya itu. Mendapat tahta dari ayahnya bukannya membuat Ajatasattu merasa puas, Ia justru menangkap ayahnya dan memasukkannya ke dalam penjara. Diperintahkannya pada para pengawal supaya ayahnya tidak diberi makan. Ajatasattu ingin ayahnya menderita sampai mati. Sedangkan yang diijinkan untuk mengunjungi Raja Bimbisara hanyalah Ibunya. Orang lain sama sekali tidak boleh datang.
Ibunya merasa kasihan melihat suaminya, Raja Bimbisara, menderita kelaparan di penjara. Akhirnya setiap kali ia berkunjung, Ratu selalu menyembunyikan makanan untuk suaminya di balik baju. Sehingga Raja Bimbisara tetap bisa makan dan tidak kelaparan. Namun hal ini tidak berlangsung lama. Ajatasattu mengetahui tindakan ibunya. Setelah itu, Ajatasattu melarang ibunya untuk datang mengunjungi Raja Bimbisara. Ratu sangat bersedih melihat kekejaman anaknya terhadap ayahnya sendiri.
Bimbisara yang kini sudah tidak lagi mendapatkan makanan untuk bertahan hidup, kemudian berlatih meditasi. Setiap hari ia selalu mengingat ajaran Sang Buddha dan berlatih meditasi. Kedua hal itu menjadi satu-satunya sumber kekuatan dan kebahagiaan bagi dirinya. Akhirnya, Bimbisara mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna). Batinnya menjadi tenang dan bahagia.
Ajatasattu merasa heran. Ia bingung mengapa ayahnya belum mati juga, padahal sudah lama sekali ayahnya tidak makan. Suatu ketika, Ajatasattu mengetahui bahwa ayahnya berlatih meditasi jalan. Ia lalu mengirimkan seorang tukang cukur untuk menyayat-nyayat telapak kaki ayahnya, dan melumurinya dengan garam, agar ayahnya semakin menderita.
Bimbisara yang melihat kedatangan tukang cukur merasa sangat senang. Ia berpikir bahwa anaknya mungkin sudah sadar, dan menyesali perbuatannya. Sehingga anaknya tersebut lalu mengirimkan tukang cukur untuk memangkas rambut dan jenggotnya yang sudah panjang sebelum membebaskannya. Tetapi harapan Bimbisara keliru. Ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa. Kakinya disayat-sayat, dan dilumuri garam. Bimbisara sangat menderita. Karena kondisi tubuhnya yang sudah lemah akibat kurang makan, dan tidak tahan dengan penderitaan itu, akhirnya Bimbisara meninggal dunia.
Pada hari itu juga, anak Raja Ajatasattu lahir. Ajatasattu merasa sangat berbahagia melihat anaknya yang baru saja lahir tersebut. Ia merasakan cinta dan kasih sayang yang luar biasa kepada anaknya itu. Seketika itu pula ia teringat kepada ayahnya sendiri. Ia merasa sangat bersalah. Dengan tergesa-gesa ia memerintahkan kepada pengawalnya untuk segera pergi ke penjara dan membebaskan ayahnya. Namun terlambat. Ayahnya telah meninggal dunia. Raja Ajatasattu sangat sedih. Ia amat menyesali perbuatannya. Ditengah kesedihannya, ia bertanya pada ibunya.
“Ibu, apakah ayah dulu menyayangiku ketika aku masih kecil?”
Ibunya lalu menjawab “Nak, ayahmu sangat menyayangimu. Bahkan ketika engkau belum lahir pun ia sudah amat menyayangimu”
Lalu ibunya bercerita bahwa sesungguhnya, dulu ketika Ratu masih mengandung Ajatasattu, seorang peramal pernah datang dan meramalkan, bahwa anak yang dikandungnya itu kelak akan menjadi musuh ayahnya. Mendengar ramalan itu, Ratu ingin menggugurkan kandungannya, tetapi Raja melarangnya. Ketika anak itu lahir, Raja memberinya nama Ajatasattu, yang artinya “Musuh yang belum lahir”
Saat Ajatasattu masih kecil, pernah suatu ketika ia menderita sakit bisul yang cukup parah di jarinya. Waktu itu Ajatasattu kecil terus menangis karena kesakitan, dan tak ada seorangpun yang dapat mendiamkannya. Raja Bimbisara yang saat itu sedang memimpin rapat akhirnya menunda rapatnya, kemudian ia menggendong Ajatasattu. Tanpa ragu-ragu ia lalu menghisap jari Ajatasattu yang sakit itu dengan mulutnya. Bisul itu lalu pecah, dan Raja pun lalu menelan nanah yang keluar bersama darah dari bisul tersebut. Setelah itu Ajatasattu kecil berhenti menangis.
Mendengar cerita dari ibunya mengenai bagaimana ayahnya sangat menyayangi dirinya, Ajatasattu merasa sangat menyesal atas kekejaman yang telah dilakukannya kepada ayahnya.

KISA GOTAMI THERI

Kisa Gotami adalah seorang gadis dari keluarga miskin di kota Savatthi.Setiap orang yang melihat Kisa Gotami berjalan dengan badannya yang tinggi dan kurus, tetapi tak seorangpun dapat melihat kebaikan yang ada dalam dirinya.
Namun secara tak sengaja kebaikan Kisa Gotami terlihat oleh seorang pedagang kaya yang menganggap kebaikan tidak dapat dilihat dari penampilan luar saja. Pedagang kaya itu pun akhirnya menikahi Kisa Gotami.
Tetapi, keluarga suaminya memandang rendah dirinya karena kasta, kemiskinan dan penampilan dirinya sehingga hal itu membuat Kisa Gotami sangat menderita. Terutama karena suami tercinta harus harus manghadapi masalah antara orang tua dan istrinya.
Waktu terus berlalu, akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki dari pernikahan itu. Kisa Gotami mulai diterima oleh keluarga suaminya dan dia sangat bahagia. Tetapi kebahagiaan itu tek berlangsung lama karena anaknya meninggal dunia. Kematian anaknya membuat Kisa Gotami sangat sedih dan takut. Takut karena orang tua suaminya akan memandang rendah dan menyalahkan dirinya atas kematian anaknya.
Kejadian itu membuat Kisa Gotami gila. Dia menganggap anaknya tidak meninggal melainkan sakit dan harus mendapatkan obat untuk menyembuhkan. Dengan mengendong anaknya kian kemari, Kisa Gotami sambil meminta obat dari rumah ke rumah.
Sampai disuatu rumah, ada seorang yang baik hati dan bijaksana yang berkata kepada Kisa Gotami untuk menemui Sang Buddha, karena Beliau mempunyai obat yang dia butuhkan. Maka bergegaslah Kisa Gotami menemui Sang Buddha untuk meminta obat yang dapat menyembuhkan anaknya yang sakit.
Lalu Sang Buddha berkata kepada Kisa Gotami untuk meminta segengam biji lada dari rumah dimana belum pernah mengalami kematian. Dengan membawa anaknya yang telah meninggal Kisa Gotami pergi dari rumah ke rumah untuk meminta segengam biji lada.
Setiap rumah yang didatangi memiliki biji lada tetapi pada saat Kisa Gotami bertanya apakah di rumah ini tidak pernah mengalami kematian maka jawannya selalu sama yaitu tentu saja pernah mengalami kematian. Kisa Gotami tidak pernah menemukan sebuah rumah dimana keluarga tidak pernah ada yang meninggal.
Hal itu membuat Kisa Gotami sadar bahwa pada setiap kelahiran pasti ada kematian. Bukan hanya dia saja yang terpukul karena kematian dari orang yang disayangi. Tak lama setelah itu, Kisa Gotami menguburkan anaknya dan pergi menemui Buddha.
Kisa Gotami kemudian berkata bahwa dia tidak dapat mendapat segengam biji lada dari rumah yang keluarganya belum pernah meninggal dan dia telah menyadari akan ketidak kekalan dan memohon untuk ditahbiskan menjadi Bhikkhuni.

CINCAMANAVIKA, SI PEMFITNAH

Sejak Sang Buddha membabarkan dhamma tanpa membedakan kasta, warna kulit, ras ataupun jenis kelamin, jumlah siswa-Nya makin bertambah pesat mulai dari raja, pangeran, ratu, brahmin, saudagar, petani, ibu rumah tangga, pelayan dan penghibur. Kemana pun Beliau pergi membabarkan dhamma pengikutnya semakin banyak sehingga keadaan ini menimbulkan rasa benci dan iri hati dalam hati para pertapa pengelana.
Dengan berbagai cara mereka membujuk orang-orang utntuk memberikan mereka persembahan tetapi tidak pernah berhasil, sehingga mereka diam-diam berkumpul dan berencana untuk merusak nama baik Sang Buddha.
Pada saat itu hiduplah seorang pertapa pengelana wanita yang sangat cantik dan anggun bernama Cincamanavika. Dalam perundingannya, para pertapa pengelana menyusun rencana untuk memanfaatkan Cincamanavika untuk rencana mereka.
Oleh sebab itu, segeralah dipanggil Cinca untuk datang menghadap. Kemudian mereka bercerita kepada Cinca bahwa Sang Buddha telah merebut ketenaran, kehormatan dan persembahan dari mereka dan meminta bantuan Cinca untuk mempermalukan Sang Buddha di depan umum.
Segeralah Cinca setuju dan mulai menjalankan rencananya. Ia tahu bahwa setiap senja orang-orang akan pulang dari vihara Jetavana setelah mendengar kotbah dhamma dari Sang Buddha. Maka dia akan berdadan dengan cantik sehingga menarik perhatian orang banyak dan berjalan pergi ke arah vihara Jetavana. Keesokan paginya ia akan kembali ke kota seakan-akan kemarin bermalam di vihara Jetavana. Hal ini dilakukan selama satu setengah bulan.
Setelah itu, dia mengubah siasat dengan berkata bahwa dia bermalam dengan Sang Buddha di Vihara Jetavana. Mendengar hal itu orang-orang mulai curiga dan bertanya-tanya apakah yang dikatakannya itu benar. Tiga atau empat bulan kemudian, ia berpura-pura hamil dengan mengikat kain ke perutnya dan bercerita bahwa dia telah mengandung anak dari Sang Buddha.
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang membabarkan dhamma dihadapan banyak orang Cinca muncul didepan Sang Buddha dan mencercanya dengan tuduhan palsu bahwa dia telah mengandung anak dari Sang Buddha. Kemudia Sang Buddha menghentikan kotbahnya dan berkata kepada Cinca bahwa hanya mereka yang tahu bahwa apa yang dikatakan Cinca adalah betul atau tidak.
Pada saat itu Dewa Sakkah manjadi panas dan menyadari bahwa Cinca sedang memfitnah Sang Buddha, sehingga mengubah dirinya menjadi seekor tikus dan mengigit tali yang mengikat kayu yang diikat di perut Cinca. Setelah tali putus, maka jatuhlah kayu itu pada kaki dan menyebabkan luka pada kaki Cinca.
Orang-orang manjadi sadar akan tipu dayanya. Mereka marah dan menghina serta mengusir Cinca dari halaman vihara. Ia berlari cepat mungkin, namun ditempat yang tak terlihat bumi menganga retak, lalu api neraka menelan dirinya ke dasar neraka Avici.

SOPAKA, Orang Suci Termuda

Dalam perjalanan hidupnya, Buddha banyak mengajari dan menolong para makhluk. Berikut ini adalah beberapa kisah perjalananNya dalam membabarkan Dharma.
Dahulu kala pada jaman Buddha hiduplah seorang anak bernama Sopaka yang ketika berumur 4 bulan ditinggal mati oleh ayahnya. Sopaka lalu dibesarkan oleh ibu dan pamannya. Ibunya harus bekerja keras untuk menghidupi Sopaka. Paman Sopaka sangat tidak senang dengan kehadiran Sopaka sehingga Sopaka sering dimarahi dan dipukuli oleh pamannya. Suatu hari, pamannya ingin membuang Sopaka karena pamannya berpikir Sopaka hanyalah anak kecil tak berguna yang sangat merepotkan. Sopaka diajak berjalan-jalan pamannya lalu di dibawa ke pekuburan. Di pekuburan tersebut pamannya mengikat tubuh Sopaka pada mayat dan Sopaka ditinggal disana.
Sopaka yang pada waktu itu berusia 7 tahun sangat ketakutan, tetapi tidak dapat melakukan apa-apa dengan tubuh yang diikat. Meskipun Sopaka telah berteriak sekuat tenanga tetapi hal itu tentu saja tidak mendatangkan manfaat karena pekuburan tersebut jauh dari rumah penduduk. Ketika malam tiba, tempat itu menjadi sangat gelap, bau mayat menusuk hidung, dan hewan-hewan liar semakin mendekat kearah Sopaka. Dengan ketakutan yang luar biasa Sopaka akhirnya merasa putus asa. Ketika Sopaka putus asa, dengan kekuatan batinnya Buddha mengetahui bahwa Sopaka sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya Buddha muncul menolong Sopaka dan membawa Sopaka ke wihara. Sopaka kemudian ditahbiskan menjadi samanera dan menjadi murid Buddha. Meskipun Sopaka masih berusia 7 tahun tetapi Sopaka sangat tekun dan rajin belajar Dhamma. Akhirnya Sopaka mencapai kesucian tertinggi pada usia 7 tahun.

Bagian 9 : Parinibbana

Setelah selama 45 tahun Buddha membabarkan dhamma dengan penuh cinta kasih kepada semua mahluk, pada usia ke 80 tahun Buddha memberitahu para siswanya bahwa Ia akan wafat atau Parinnibbana 3 bulan lagi. Tiga bulan kemudian Buddha menerima dana makanan terakhir dari Cunda yang berupa sup jamur yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia biasa karena sup jamur tersebut merupakan makanan para dewa. kemudian Buddha melanjutkan perjalanan ke Kusinara. Setiba di dua pohon sala kembar, Buddha meminta Bhikkhu ananda mengabarkan kepada orang-orang bahwa Buddha akan parinibbana malam itu. Para dewa dan manusia berkumpul untuk menghormat kepada Buddha. Semua yang hadir merasa sangat sedih dan menangis karena Buddha akan pergi selamanya. Melihat hal itu Buddha menasehati para siswanya agar tidak terlalu bersedih karena kepergiaannya. Karena kematian akan datang kepada siapa saja.
Pesan terakhir Buddha adalah :
“Para Bhikkhu, sekarang saya nyatakan kepada kalian. Segala hal yang terkondisi pasti akan hancur. Oleh karena itu, berjuanglah dengan tekun dan penuh kesadaran”
Tepat pada usia 80 tahun dimalam hari dibulan waisak 543 Sm Buddha mencapai Parinibbana.
Walaupun Sang Buddha telah parinibbana, namun Sang Buddha meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi kita, yaitu ajarannya, Dharma.
Sama halnya dengan keseluruhan cerita ini, ada beberapa hal yang patut kita teladani, seperti sifat Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih, semangat pantang menyerah untuk mencari obat bagi penderitaan, kerendahan hati untuk menerima saran dari siapa saja, dan semangat pelayanannya dalam menyebarkan Dharma selama 45 tahun. Semoga kita semua dapat meneladani sifat-sifat Buddha.
Sadhu Sadhu Sadhu

Bagian 8 : Pemutaran Roda Dharma

Setelah Buddha mencapai penerangan sempurna, Buddha menyadari bahwa ajarannya, Dhamma yang telah ditemukanNya belum tentu dapat dimengerti karena sangatlah sulit dan mendalam. Mengetahui pikiran Buddha, Brahma Sahampati datang dan memohon pada Buddha untuk mengajarkan Dharma, karena walaupun banyak mahkluk sulit mengerti Dhamma, namun ada mahkluk-makhluk yang hanya memiliki sedikit kekotoran batin sehingga mereka dapat tercerahkan. Karena welas asih Buddha yang begitu besar pada semua mahkluk, Buddha memutuskan untuk mengajarkan Dhamma / kebenaran itu kepada semua mahkluk. Buddha kemudian berpikir siapakah yang pantas menerima Dhamma ini? Buddha ingin sekali memberikan kepada kedua gurunya Alara Kalama dan Udakha Ramaputra. Namun ternyata mereka berdua telah meninggal. Kemudian Buddha teringat akan kelima termannya semasa dia bertapa. Setelah mengetahui kalau kelima temannya berada di Taman Rusa Isipatana, Benares, Buddha melakukan perjalanan ke sana.
Dari jauh ke lima pertapa telah melihat kedatangan Buddha. Mereka sepakat untuk tidak menghiraukan Buddha, karena mereka menganggap Buddha telah gagal. Namun ketika mereka melihat Buddha mendekat, secara spontan mereka menyambut kedatangan Buddha. Ada yang mempersiapkan tempat duduknya, ada yang menyediakan air untuk membasuh kaki. Ternyata Aura kebajikan dan kebijaksanaan dari Buddha telah mematahkan keragu-raguan kelima pertapa tersebut. Kemudian Buddha mulai membabarkan kebenaran yang telah Ia dapatkan. Kotbah pertama ini dikenal dengan nama DHAMMACAKKHA PAVATANA SUTTA ( Kotbah Pemutaran Roda Dhamma ).
Buddha mengajarkan Dharma kepada 5 pertapa itu tentang empat kesunyataan mulia, saat itu bulan purnama di BULAN ASADHA. Ke lima pertapa itu akhirnya mencapai tingkat kesucian dan mereka semua telah menjadi siswa Buddha yang pertama. Mereka memohon untuk ditahbiskan menjadi Bhikkhu dan sejak saat itu terbentuklah Sangha, yaitu perkumpulan para Bhikkhu, dan mereka berliman menjadi Bhikkhu pertama. Mereka adalah ASSAJI, MAHANAMA, KONDDANA, BHADIYA, VAPPA.

Bagian 7 : Mencapai Penerangan Sempurna

Enam tahun sudah Petapa Gotama menjalankan pertapaan yang keras dan tiba pada tahap kritis dimana ia berada di ambang kematian. Hingga suatu hari ia pingsan karena tubuhnya dilanda panas yang tak tertahankan dan karena kurang makan berhari-hari. Ketika itu, seorang anak laki-laki penggembala kebetulan lewat. Setelah membangunkan Pertapa Gotama, anak gembala itu menyuapkan air susu kambing baginya. Pertapa Gotama merenungkan bahwa ia telah pulih kembali dan merasa lebih segar setelah jatuh pingsan - berkat susu kambing yang diberikan oleh anak laki-laki gembala itu. Jika tidak demikian, pastilah ia sudah mati. Ketika merenung seperti itu, sekelompok penyanyi yang sedang berjalan menuju kota berlalu di dekat tempat ia bermeditasi. Para penyanyi itu menyanyikan syair :
“ Jika senar gitar dikencangkan, suaranya semakin meninggi, jika semakin dikencangkan maka senarnya akan putus
“ Jika senar gitar dikendurkan, suaranya akan melemah, jika semakin dikendurkan makan suaranya akan hilang”
Oleh karena itu, untuk mendapatkan suara yang ideal, senar gitar itu harus disetel tidak terlalu kendur atau kencang”

Setelah mendengar syair tersebut, pertapa Gotama menyadari bahwa jika dirinya terus menerus melakukan cara pertapaan ini maka Ia tidak akan mancapai tujuannya. Sehingga Ia memutuskan untuk mengakhiri cara pertapaannya yang salah
Tidak jauh dari tempat itu, tinggallah seorang wanita bernama Sujata. Sujata ingin memberi persembahan kepada dewa pohon karena permohonannya untuk memiliki anak laki-laki terkabul. Ternyata pohon tempat ia memberikan persembahan adalah pohon tempat Pertapa Gotama bermeditasi, sehingga Sujata mengira bahwa Pertapa Gotama adalah dewa pohon. Dengan hati-hati makanan ditempatkan ke dalam mangkuk dan dengan hormat dipersembahkan kepada pertapa Gotama. Berkat makanan yang dipersembahkan ini, tubuh Pertapa Gotama menjadi pulih kembali dan ia dapat melanjutkan kembali usahanya untuk menemukan obat yang dapat menolong seluruh makhluk.
Lain halnya dengan kelima pertapa, ketika melihat Pertapa Gotama mulai makan lagi, mereka menganggap bahwa Pertapa Gotama telah gagal dalam usahanya untuk mencari kebahagiaan sejati. Oleh sebab itu, mereka pun meninggalkan Pertapa Gotama seorang diri.
Sejak saat itu Pertapa Gotama bertekad tetap akan makan tidak lewat tengah hari untuk membantu tubuhnya agar tubuhnya tetap bisa bertahan sehingga ia akan mencapai apa yang menjadi tujuannya. Hingga suatu ketika, pada malam hari sewaktu bulan purnama di bulan Waisaka, setelah mengalahkan Mara, di bawah Pohon Bodhi Pertapa Gotama mencapai BODHI/Pencerahan dan Beliau dikenal sebagai BUDDHA GAUTAMA / BUDDHA SAKYAMUNI.

Bagian 6 : Meninggalkan Istana

Di istana, Raja Suddhodana sedang mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan kelahiran cucunya. Pangeran Siddharta, yang baru saja kembali tampak lebih bahagia. Pikirannya dipenuhi dengan keinginan untuk membebaskan semua makhluk dan usia tua, penyakit, dan kematian. Sekitar tengah malam, Pangeran Siddharta terbangun. Setelah membayangkan bahwa keluarga yang dicintainya akan mengalami penderitaan usia tua, sakit dan kematian, tekadnya semakin kuat. Inilah waktunya untuk menemukan obat yang dapat menolong semua makhluk dari usia tua, penyakit dan kematian. Ia lalu meninggalkan kamar perlahan-lahan dan meminta Channa untuk mempersiapkan Kanthaka, kudanya. Dengan hati penuh cinta, pangeran memandangi istri dan anaknya untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi. Malam itu Pangeran Siddharta meninggalkan istana dengan menunggangi kudanya, disertai dengan Channa.
Hari telah pagi. Pangeran Siddharta turun dari punggung Kanthaka. Ia telah tiba di tepi Sungai Anoma. Ia meminta Channa untuk pulang kembali ke Kapilavatthu bersama dengan Kanthaka dan meninggalkannya seorang diri. Channa memohon untuk mengikutinya menjadi pertapa, tapi Pangeran Siddharta melarangnya. Pangeran Siddharta menyerahkan tanda kebesarannya, memotong rambutnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian pertapa dan menjadi Pertapa Gotama.
Dalam perjalanan pulang, Kanthaka sangat bersedih karena harus berpisah dengan Pangeran Siddharta, akhirnya ia meninggal di perjalanan. Sementara itu, Pertapa Gotama melanjutkan perjalanannya menemui seorang guru yang bernama Alara Kalama. Dalam waktu singkat ia mampu menguasai ilmu yang diajarkan oleh gurunya. Namun ia merasa bahwa obat yang dicarinya belum juga ditemukan. Oleh karena itu Ia mohon pamit kepada gurunya untuk melanjutkan perjalanannya mencari obat yang dapat mengatasi usia tua, penyakit dan kematian.
Dalam perjalanan, Ia menemukan tempat pertapaan lain yang dipimpin oleh Uddaka Ramaputta. Ia pun menjadi siswa dari guru tersebut. Dalam waktu yang singkat juga, ia mampu menguasai ilmu yang diajarkan oleh gurunya. Karena tidak puas dengan pencapaiannya itu. Ia meninggalkan pertapaan itu mencari guru lainnya.
Saat melewati Hutan Uruvela Pertapa Gotama bertemu dengan 5 orang pertapa yaitu Kondanna, Vappa, Mahanama, Assaji dan Bhaddiya. Selama berlatih di Hutan Uruvela, Pertapa Gotama menjalani latihan dengan menyiksa diri. Ia berlatih mengurangi makan sedikit demi sedikit hingga tidak makan sama sekali. Karena melakukan hal tersebut, tubuhnya berangsur-angsur menjadi semakin kurus dan akhirnya hanya tinggal tulang belulang.

Bagian 5 : Empat Peristiwa

Walaupun Pangeran Siddharta hidup dalam kemewahan, ia tidak merasa bahagia. Ia ingin melihat keadaan di luar istana. Pada suatu hari Pangeran Siddharta menemui ayahnya dan berkata : “Ayah, ijinkanlah aku berjalan-jalan ke luar istana untuk melihat bagaimana kehidupan rakyatku." "Baik, anakku, engkau boleh keluar dari istana untuk melihat bagaimana penduduk hidup di kota. Tetapi sebelumnya aku akan membuat persiapan agar rakyat menyambutmu.” Setelah kota selesai dihias, dan raja memastikan tidak ada orang tua, sakit, mati dan pertapa, barulah raja mengijinkannya pergi.
Sewaktu Pangeran sedang berjalan-jalan di kota, tiba-tiba seorang yang sudah tua keluar dari sebuah gubuk kecil. Rambut orang itu panjang dan sudah putih semua, kulitnya kering dan keriput, matanya sudah hampir buta, pakaiannya compang-camping dan kotor sekali. Giginya sudah ompong, badannya kurus kering dan ia berjalan dengan terbungkuk-bungkuk dengan bantuan tongkat. Melihat orang tua itu, Pangeran sangat terkejut karena hal seperti ini baru pertama kali dilihatnya. "Apakah itu, Channa? Mengapa ia bungkuk sekali? Mengapa rambutnya putih dan bukan hitam seperti rambutku? Apa yang terjadi dengan giginya? Apakah ada orang yang terlahir seperti itu? Channa menjelaskan kepada Pangeran bahwa itulah keadaan seseorang yang sudah tua dan semua orang akan menjadi tua. Pangeran memerintahkan untuk segera kembali ke istana karena apa yang baru saja ia lihat telah membuatnya sedih sekali. “Mengapa semua orang harus menjadi tua dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegahnya, meskipun ia kaya atau berkuasa?”
Untuk menghibur pangeran yang sedang bersedih, malam itu diselenggarakan sebuah pesta besar. Tetapi Pangeran tidak merasa gembira Ia sedang sibuk memikirkan apa yang sudah dilihatnya. Mengetahui hal ini Raja menjadi sedih sekali dan ia merasa khawatir bahwa hal ini dapat menyebabkan Pangeran meninggalkan istana. Karena itu, Raja memerintahkan kepada dayang-dayangnya untuk lebih sering mengadakan pesta-pesta makan dan tari-tarian.
Beberapa hari kemudian, Pangeran kembali memohon kepada Raja agar diijinkan lagi melihat-lihat kota, tetapi sekarang tanpa terlebih dahulu memberitahukannya kepada para penduduk. Dengan berat hati Raja memberikan ijinnya. Raja tahu, tidak ada gunanya melarang karena akan menambah kesedihan pangeran.
Pada kesempatan ini, Pangeran pergi bersama Channa dan menyamar sebagai bangsawan. Hari itu Pangeran melihat kegiatan sehari-hari penduduk sampai tiba-tiba ada orang yang sedang kesakitan dan berguling di tanah sambil memegang perutnya. Untuk kedua kalinya dalam hidupnya, Pangeran melihat sesuatu yang membuatnya sangat terkejut. Pengeran langsung menghampiri orang itu dan menanyakan apa yang terjadi. Namun orang itu tidak menjawab dan menangis kesakitan. Pangeran bertanya kepada Channa "Channa, apa yang terjadi kepadanya?" “Tuanku jangan menyentuhnya. Orang itu sedang sakit, nanti tuanku tertular. “ "Apakah tidak ada orang yang dapat menolongnya? Apakah semua orang dapat diserang penyakit? "Betul, Tuanku, semua orang dapat terserang penyakit. Mendengar ini, Pangeran menjadi semakin sedih.
Untuk ketiga kalinya Pangeran kembali mohon kepada Raja agar diijinkan kembali melihat-lihat kota Kapilavatthu. Raja pun menyetujuinya. Ketika sedang berjalan-jalan, mereka bertemu dengan serombongan orang yang sedang menangis. Di depan mereka ada 4 orang yang memikul sebuah tandu. Di atas tandu itu berbaring seorang yang sudah kurus sekali dalam keadaan tidak bergerak. Tandu itu dibawa ke tepi sebuah sungai, diletakkan di atas tumpukan kayu, kemudian dibakar. Melihat hal itu, pangeran bertanya "Channa, apakah itu? Mengapa orang itu berbaring di sana dan membiarkan orang lain membakar dirinya?" "Dia tidak tahu apa-apa lagi, Tuanku. Orang itu sudah mati." "Mati! Channa, apakah ini yang dinamakan mati? Dan apakah semua orang pada suatu waktu akan mati?" "Betul, Tuanku, semua makhluk hidup pasti akan mati.” Pangeran heran dan kaget sekali, sehingga tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Apakah benar tidak ada jalan untuk menghentikannya? "Semua orang di dunia ini pada suatu waktu harus mati, belum ada orang yang tahu bagaimana cara untuk menghentikannya. Aku harus mencarinya dan menolong dunia ini."
Sewaktu Pangeran mengunjungi Kapilavatthu untuk keempat kalinya, saat sedang beristirahat, Pangeran melihat seorang pertapa berjubah kuning. Pangeran merasa pertapa itu berbeda dengan orang-orang yang selama ini ditemuinya. Pangeran mendekatinya dan bertanya apa yang sedang dilakukan pertapa itu. Pertapa itu menjawab, "Pangeran yang mulia, aku ini seorang pertapa. Aku menjauhkan diri dari keduniawian, meninggalkan keluarga untuk mencari obat agar orang tidak menjadi tua, sakit, dan mati. “ Pangeran terkejut karena ternyata pertapa ini mempunyai pikiran dan cita-cita yang sama dengan dirinya. Ia merasa gembira sekali dan berkata di dalam hati, "Aku juga harus menjadi pertapa seperti itu!"
Tidak lama kemudian, datanglah dayang-dayang yang khusus mencari Pangeran untuk memberitahukan bahwa Putri Yasodhara telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi ini diberi nama Rahula, yang berarti belenggu.

Bagian 4 : Masa Remaja Pangeran Siddharta

Raja Suddhodana selalu merasa khawatir atas ramalan dari para brahmin saat kelahiran pangeran Siddharta yang menyatakan bahwa pangeran akan meninggalkan kerajaan dan menjadi Buddha. Oleh sebab itu, ia berusaha membuat pangeran senantiasa merasa nyaman dan bahagia. Semua yang terbaik diberikannya kepada putranya itu. Termasuk membangun tiga istana untuk ditempati pangeran pada setiap musimnya, yaitu musin dingin, musim panas dan musim hujan. Namun semakin bertambahnya usia sifat pangeran Siddharta yang suka merenung dan sifat welas asihnya tampak semakin jelas. Raja merasa khawatir. Ia lalu memanggil para penasehat dan bertanya apakah ada cara lain untuk memastikan agar sang pangeran tidak menjadi Buddha. Para penasehat menyarankan “Paduka, mengingat putra paduka sekarang telah berumur enam belas tahun, cara terbaik untuk mencegah agar pangeran tidak meninggalkan tahta adalah dengan mencari gadis tercantik dan menikahkan pangeran dengannya”.
Raja Suddhodana menyetujui usulan tersebut. Raja Suddhodana mengirimkan undangan kepada para orang tua yang mempunyai anak-anak gadis, meminta mereka untuk memperkenankan putri-putri mereka untuk datang ke istana, supaya sang pangeran dapat memilih seorang sebagai calon istri. Namun para orang tua mengabaikan undangan tersebut. Mereka berkata, sang pangeran tidak tahu ilmu perang, tidak mengerti nilai kesenian, bagaimana dia akan menjaga dan melindungi istrinya?
Mendengar hal itu, pangeran mohon kepada ayahnya supaya diselenggarakan sayembara mengenai keterampilan berbagai ilmu perang. Para lelaki seisi kerajaan, bahkan dari luar negara Sakya pun diperbolehkan datang untuk mengikuti perlombaan. Pangeran sendiri juga akan turun ke arena pertandingan itu. Pertandingan yang diadakan antara lain ketrampilan mengendalikan kuda, bermain pedang, dan memanah. Hasilnya, pangeran Siddharta memenangkan seluruh pertandingan itu. Dengan kepiawaian dalam seni perang seperti itu pangeran Siddharta membuktikan bahwa ia layak berada dalam kasta ksatria dan ia lebih unggul dari para peserta lainnya. Para ayah dari putri-putri sangat puas dan tidak lagi merasa ragu terhadap sang pangeran. Sesudah perlombaan selesai, diadakan pesta besar di mana hadir kurang lebih empat puluh ribu gadis cantik. Pilihan Pangeran Siddhartha jatuh pada sepupunya sendiri, adik dari Devadatta yaitu Yasodhara.
Setelah pernikahan itu, Raja Suddhodana merasa agak tenang. Namun untuk berjaga-jaga terhadap ramalan para brahmin, Raja Suddhodana mengatur agar pangeran harus selalu dikerumuni oleh semua keindahan, kemewahan, makanan enak, dan kenyamanan, dan mengusahakan agar pangeran tidak melihat empat peristiwa yaitu : orang tua, orang sakit, orang mati, dan pertapa. Raja berharap pangeran Siddharta akan meneruskan tahta kerajaan.

Bagian 3 : Menyelamatkan Angsa

Pengeran Siddharta tumbuh menjadi anak yang sangat baik hati, tidak hanya pada manusia, namun juga pada hewan. Sifat kasih yang sayang sangat besar tampak jelas pada cerita berikut ini :
Pada suatu ketika pangeran sedang bermain dengan sahabatnya di hutan, di antaranya adalah pangeran Devadatta, yaitu sepupu pangeran Siddharta. Ketika pangeran Siddharta sedang beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba ia melihat seekor angsa jatuh dari angkasa. Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa tersebut. Dengan segera Pangeran Siddhattha menolong si angsa. Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, namun Pangeran Siddhattha berhasil terlebih dulu menyelamatkan angsa itu dan dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya, lalu memetik beberapa tanaman obat dan meneteskan getahnya pada luka si angsa. Ia juga mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkannya. Angsa itu didekap di dadanya supaya merasa hangat dan nyaman.

Pangeran Devadatta yang baru saja tiba menuntut agar angsa itu diserahkan kepadanya, namun Pangeran Siddharta menolaknya. Dengan marah Devadatta maju dan mencoba merebut angsa itu sambil berteriak “Angsa itu milikku, akulah yang memanahnya. Kembalikan ia padaku!”. Namun pangeran Siddharta menjauh dan menjawawb “Tak akan kuberikan kepadamu. Tidak akan pernah. Kalau angsa ini mati karena kamu panah tadi barulah ia menjadi milikmu. Namun dia hanya terluka dan masih hidup. Aku telah menyelamatkan hidupnya. Karena itu angsa ini menjadi milikku” Akhirnya terjadilah perselisihan dan saling debat. Pangeran Devadatta berpendapat bahwa angsa itu adalah miliknya karena ia yang memanahnya. Sedangkan Pangeran Siddharta mengatakan bahwa Ia yang berhak atas angsa itu karena Ia telah menyelamatkan hidupnya. Akhirnya Pangeran Siddharta mengusulkan agar permasalahan ini dibawa ke pengadilan para bijak untuk memperoleh jawaban atas siapa yang berhak atas angsa tersebut.

Setelah diajukan ke pengadilan para bijak, akhirnya salah satu dari para bijak tersebut berseru, “Semua makhluk patut menjadi milik mereka yang menyelamatkan atau menjaga hidup. Kehidupan tak pantas dimiliki oleh orang yang berusaha menghancurkannya. Angsa yang terluka ini masih hidup dan diselamatkan oleh Pangeran Siddharta. Karenanya, angsa ini mesti dimiliki oleh penyelamatnya, yaitu Pangeran Siddharta!”
Selain cerita di atas, masih banyak kebaikan hati yang dimiliki oleh pangeran Siddharta. Namun ternyata kebaikan hati yang dimilikinya membuat Raja Suddhodana menjadi cemas. Ingin tahu kelanjutannya, mari kita dengarkan cerita berikutnya.

Bagian 2 : Upacara Pemberian Nama

Raja Suddhodana mempunyai guru yang dikenal dengan nama petapa Asita. Ketika petapa Asita mendengar bahwa putra mahkota telah lahir, maka petapa asita pun pergi ke istana mengunjungi raja Suddhodana.Sesampainya di istana, Raja Suddhodana merasa sangat bahagia karena gurunya datang berkunjung. Raja lalu membawa putra mahkota kepada petapa Asita, agar bayi tersebut dapat memberikan hormat kepada guru kerajaan, tetapi.... Kaki bayi tesebut malah bertumpu di kepala petapa Asita. Karena merasa heran dan menyadari kekuatan dari Boddisatta, maka petapa Asita segera memberikan hormat kepada bayi tersebut. Raja Suddhodana pun ikut memberikan hormat. Inilah penghormatan Raja yang pertama kalinya.
Petapa Asita lalu memeriksa tubuh pangeran dan menemukan pada tubuh pangeran ada tanda-tanda dari mahkluk agung. Mengetahui hal ini, petapa Asita tertawa sangat bahagia, lalu setelah itu ia menangis tersedu-sedu. Melihat hal tersebut, Raja merasa sangat heran dan ia bertanya kepada gurunya apakah ada hal buruk yang akan menimpa bayi tersebut? Petapa Asita menjawab “ Oooo.. tidak, tidak ada hal buruk yang akan menimpa putra mahkota. Sya tertawa karena merasa sungguh beruntung dapat bertemu dengan-Nya. Sesungguhnya kelak, ia akan menjadi Buddha. Saya menangis karena tidak akan cukup waktu bagi saya untuk meyaksikan tercapainya pencerahan-Nya. Ini adalah kerugian besar bagi saya”
Setelah kelahiran putra mahkota, Raja dan ratu sangat gembira, hingga suatu ketika Raja mengadakan upacara pemberian nama. Raja mengundang 180 orang brahmin untuk hadir dalam upacara tesebut. Para brahmin tersebut setelah melihat bayi tersebut menyampaikan kepada raja bahwa ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi tersebut. Jika ia memilih kehidupan berumah tangga, maka ia akan menjadi Raja Adidunia, dan jika ia meniggalkan kehidupan duniawi dan menjadi petapa maka ia kan menjadi Buddha. Para brahman tersebut juga menyampaikan bahwa pangeran akan meninggalkan keduniawian dan menjadi petapa setelah melihat 4 peristiwa, yaitu orang tua, orang sakit, orang meninggal dan petapa.
Pangeran kecil akhirnya di beri nama “Siddhartha” yang berarti “ yang akan terpenuhi pengharapannya”. Pangeran kecil diberi nama tersebut karena para brahmin telah meramalkan bahwa pangeran kecil ini kelak akan mencapai Kebuddhaan. Sehingga pangeran kecil ini dikenal dengan nama “ Siddharta Gautama”

Bagian 1 : Kelahiran Pangeran Siddharta

Dalam memperingati hari Tri Suci Waisak ke 2554 BE tahun 2010, Gelanggang Anak-anak Buddhis Indonesia mengadakan lomba-lomba. Bagi siswa kelas 5 ke atas diwajibkan untuk mengikuti lomba Duta Dharma. Mengingat sebelumnya anak-anak belum pernah mengikuti lomba ini, maka selama 3 minggu berturut-turut materi sekolah minggu berisi bagaimana bercerita di depan umum beserta latihan-latihan singkat untuk setiap anak. Semua cerita yang akan mereka bawakan telah disiapkan sebelumnya oleh kakak pembina, yang diambil dari riwayat hidup Buddha. Cerita yang akan mereka bawakan berawal dari sebelum Pangeran Siddharta terlahir hingga Sang Buddha mencapai parinibbana. Inilah naskah cerita yang pertama :

Halo teman-teman se-dharma, SELAMAT PAGI SEMUANYA….
Sebelumnya terimalah salam Buddhis dari saya Namo Sanghyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya…
Eeemmm…., teman-teman tau gak dalam waktu dekat ini kita mau ngerayain apa??? YUP betul, dalam bulan ini kita akan merayakan hari Waisak. Hari waisak itu apa sich..
Hari waisak itu memperingati 3 peristiwa penting. Teman-teman pasti sudah tau semuanya khan? Ya, 3 peristiwa itu adalah lahirnya pangeran Siddharta, petapa Gautama mencapai penerangan sempurna dan Buddha mahaparinibbana.
Setelah ini, saya akan menceritakan kisah hidup dari Buddha Gautama secara singkat. Mari kita simak ceritanya Yukkk..
Pada jaman dahulu kala di sebuah kerajaan Sakya hiduplah seorang raja yang bernama Raja Suddhodana dan istrinya yang bernama Ratu Mahamaya. Raja dan ratu sudah lama sekali menikah, tetapi mereka belum juga di karuniai seorang anak. Hingga pada suatu malam purnama, Ratu mahamaya bermimpi yang sangat aneh. Ratu bermimpi bahwa ada seekor gajah putih yang membawa sekuntum teratai dengan belalainya yang berkilau mengelilingi ratu mahamaya sebanyak 3 kali searah dengan jarum jam dan masuk kedalam perutnya melalui sisi kanan tubuhnya.
Karena merasa heran dengan mimpinya maka, ratu pun menceritakan hal tersebut kepada raja. Raja pun segera memanggil para brahmana untuk mengartikan mimpi tersebut. Para brahmana mengartikan mimpi tersebut bahwa akan lahir seorang anak laki-laki, dan jika dia meninggalkan kehidupan berumah tangga, maka ia akan menjadi Buddha. Akhirnya tak lama kemudian, Ratu mahamaya mengandung.
Pada jaman dahulu,jika seorang wanita akan melahirkan maka ia akan pulang ke rumah orangtuanya.Ketika usia kehamilannya sudah mencapai sepuluh bulan, maka ratu mahamaya pun pulang kerumah orangtuanya dengan diiringi oleh para dayang istana. Pada saat perjalanan ke rumah orang tuanya di Devadaha, ratu mahamaya melewati sebuah taman yang sangat indah sehingga Ratu Mahamaya ingin beristirahat ditaman tersebut.Pada saat beristirahat, tiba-tiba ratu Mahamaya merasakan sakit karena akan melahirkan, dan pada saat itulah putra mahkota lahir.Kejadian itu terjadi pada hari bulan purnama bulan Vesakha, tahun 623 SM
Setelah lahir bayi tersebut langsung berjalan 7 langkah dan di setiap langkahnya akan muncul sekuntum bunga teratai. Setelah berjalan 7 langkah tangan kanan bayi tersebut menunjuk langit dan tangan kirinya menunjuk bumi lalu berkata:

“Akulah yang terluhur di dunia ini!
Akulah yang teragung di dunia ini!
Akulah yang termulia di dunia ini!
Inilah kelahiran-Ku yang terakhir!
Tak akan ada lagi kelahiran kembali bagi-Ku!”

Ratu pun segera pulang ke istana untuk memberitahukan berita bahagia ini kepada Raja. Raja dan ratu sangat senang dengan kelahiran putra mahkota, bayi yang sangat dinanti-nantikan oleh mereka.

Rabu, 21 April 2010

Mengumpulkan Tandatangan & Nama umat



Tujuan : melatih keberanian dan percaya diri anak

Peserta : Anak kelas 1-3 SD

Perlengkapan :
- alat tulis
- Lembar kerja
- alas untuk menulis

Langkah-langkah
1. bagikan lembar kerja kepada setiap siswa(contoh lembar kerja spt gambar di atas, setiap anak mengumpulkan 20 tandatangan)
2. berikan ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan lembar kerja, misalnya
- harus menyapa terlebih dahulu
- memperkenalkan diri
- mengutarakan maksud untuk meminta tandatangan
- mengucapkan terimakasih
3. sebelum anak-anak mengisi lembar kerjanya minta mereka mempergakan bagaimana cara menanyakan nama dan meminta tandatangan sesuai dengan ketentuan

Kamis, 01 April 2010

Belajar Menjahit Kancing Baju

Mungkin ada rekan-rekan yang bertanya apa hubungannya sekolah minggu dengan menjahit kancing baju? Hmm begini ceritanya, waktu rapat kami berencana memberikan proyek bagi anak-anak sehubungan dengan materi kemandirian. Proyek jangka panjangnya anak-anak bisa mandiri saat retret bulan Juli. Dan sebagai proyek jangka pendek terpilihlah materi ini dengan asumsi bahwa di sekolah tidak diajarkan cara menjahit kancing baju, terutama jika kancing seragam anak putus. That's the story behind, and now let's do it

Perlengkapan
- jarum jahit
- benang yang sudah dipotong potong secukupnya
- kain ukuran 15 x 15 cm
- kancing baju ( 2 buah per anak)
- gunting

Langkah-langkah
- bagikan semua perlengkapan menjahit kepada anak
- ajarkan cara memasukkan benang ke jarum
- buat simpul di ujung benang
- berikan panduan bagaimana cara menjahit kancing agar tidak lepas
- ajarkan cara menyimpul setelah selesai menjahit
- bentuk kain sesuai yang diinginkan (misal bentuk baju dsb)

Kamis, 25 Maret 2010

Menggunakan Atribut Sendiri

Perlengkapan:
- topi
- ikat pinggang
- rompi
- kaos kaki
*** jumlah sesuai jumlah kelompok

Peserta : anak kelas 1 - 6

Cara Bermain

1. bagilah anak ke dalam beberapa kelompok(1 kelompok 5-10 orang)
2. minta setiap kelompok untuk membagi anggotanya menjadi 2 bagian, 1 di sebelah kanan dan 1 di sebelah kiri dengan posisi saling berhadapan
3. aturan permainannya: setiap anak harus mengenakan semua atribut dengan benar. Orang pertama mengenakan atribut kemudian berjalan ke arah orang kedua, melepaskan atributnya, menyerahkan ke orang kedua. Orang kedua harus mengenakan semua atribut kemudian berjalan ke arah orang ketiga, melepaskan atributnya, menyerahkan ke orang ketiga dst.
4. Orang terakhir harus mengenakan atribut, melepaskan semua atribut dan melipat semua atribut dengan rapi.
5. Jika ada anak yang tidak bisa mengenakan atribut, maka teman-temannya harus membantu mengarahkan namun tidak boleh membantunya menggunakan atribut tersebut

Evaluasi permainan :
- dalam permainan tidak ada yang kalah dan menang. Setiap peserta adalah pemenang karena mereka sudah bisa mandiri dalam mengenakan semua atribut yang diberikan, misalnya yang belum bisa menggunakan ikat pinggang sekarang sudah bisa, yang belum bisa mengancing baju sendiri sekarang sudah bisa, dan bagi yang belum bisa melipat kaos kaki, rompi sekarang sudah bisa

Tips:

- agar permainan menjadi lebih seru, ragam atribut yang digunakan dapat ditambahkan lagi
- dalam setiap kelompok, dibuat sebisa mungkin jumlah anak yang besar dan kecil seimbang
- jika ada kelebihan anggota dalam kelompok tertentu, maka kelompok itu diberikan kesempatan untuk lebih dahulu memulai permainan
- berikan aturan yang jelas untuk pemakaian setiap atribut, misal ikat pinggang harus dipakai di luar rompi dsb

Mandiri

Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul secara tiba-tiba namun perlu diajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan membantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian terbagi 2 yaitu kemandirian fisik dan kemandirian psikologis. Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Sedang kemandirian psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri.

"Mengapa saya harus mandiri?" Jika anak bertanya demikian, Anda dapat menceritakan bagaimana orang tua harus memenuhi semua kebutuhannya setiap hari, mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat ke sekolah dst, dan itu dilakukan bahkan sebelum mereka dilahirkan. Sebagai seorang anak yang cinta kepada orang tua, mereka harus menghormati orang tua dan salah satu cara untuk membalas kebaikan orang tua adalah dengan bersikap mandiri. Dengan mandiri, pekerjaan orang tua akan menjadi lebih ringan. Selain itu, jika suatu saat mereka harus ditinggal di rumah sendiri, mereka dapat mengurus dirinya sendiri. Tekankan juga bahwa mandiri sangat bermanfaat bagi diri mereka sendiri, dan itu merupakan bekal mereka di masa mendatang.

Kemandirian seorang anak harus disesuaikan dengan usianya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anak sesuai dengan usianya(diambil dari http://beingmom.org)

ANAK USIA 1 – 3 TAHUN
1. Minum dari gelas tanpa bantuan (mulai usia 15 bulan)
2. Memakai sendok untuk makan (mulai usia 18 bulan)
3. Membuka sepatu, celana dan baju sendiri (mulai usia 2 tahun) serta resleting (mulai 3 tahun)
4. Mengambil gelas di atas meja dan meneguk minuman (mulai usia 2 tahun)
5. Membuka pintu (mulai usia 2 – 2.5 tahun)
6. Mengatakan ingin buang air (mulai usia 2 – 2.5 tahun)

ANAK USIA prasekolah
1. Berpakaian dan memakai sepatu sendiri
2. Makan sendiri
3. Mampu melakukan aktivitas di toilet
4. Tidur sendiri (mulai usia 4 – 5 tahun)
5. Bermain dengan teman tanpa harus diawasi orang dewasa (mulai usia 4 – 5 tahun)
6. Mengikuti lomba sederhana (mulai usia 4 – 5 tahun)

ANAK USIA 6 – 8 TAHUN
1. Berpakaian dan memakai sepatu sendiri
2. Mengambil makanan dan makan sendiri
3. Mandi sendiri
4. Menyiapkan dan membereskan peralatan sendiri
5. Merapikan tempat tidur sendiri
6. Berinteraksi sosial (memilih komunitas teman bermainnya)

ANAK USIA 8 – 12 TAHUN
1. Mengambil keputusan sendiri
2. Menguasai hampir seluruh aktivitas fisik yang sesuai dengan minat dan bakatnya
3. Bersosialisasi untuk unjuk peran
4. Sadar akan tugasnya, baik di sekolah maupun di rumah
5. Mematuhi peraturan yang berlaku
6. Bisa mengendalikan diri