Minggu, 21 April 2013
Subha dan Empat Guci Emas
Ada seorang yang kaya raya bernama Todeya. Ia memiliki 4
guci yang terbuat dari emas. Walaupun kaya raya namun Todeya sangat kikir dan
tidak suka memberi. Ia juga sangat melekat dengan hartanya sampai-sampai ia
tidak mau orang lain memiliki hartanya. Ia mencari akal agar guci emas miliknya
tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Terpikirlah sebuah rencana untuk
menyembunyikan guci tersebut di dalam tanah.
Pagi-pagi sekali, ia bangun, membawa guci emasnya menuju ke
halaman rumahnya. Di sana ia menggali lubang kemudian memasukkan guci tersebut
dan menimbunnya dengan tanah. Semua ia lakukan sendiri dengan diam-diam agar
tidak ada yang mengetahui di mana ia menyembunyikan guci tersebut. Tahun demi
tahun berlalu, akhirnya Todeya pun meninggal dunia.
Todeya memiliki seorang putra bernama Subha. Setelah ayahnya
meninggal Subha-lah yang mewarisi semua kekayaan Todeya. Ia tahu bahwa ayahnya
memiliki 4 guci emas namun ia tidak berhasil menemukannya.
Setelah meninggal, Todeya
terlahir menjadi seekor anjing. Anjing ini pun tinggal di rumah tempat ia
dulunya tinggal dan menjadi anjing kesayangan Subha. Setiap hari anjing ini
selalu menemani Subha. Ketika Subha pergi, anjing ini selalu mengantarnya
hingga gerbang. Demikian pula ketika Subha pulang, ia juga selalu setia menjemput
Subha.
Suatu ketika Buddha beserta siswanya sedang berpindapata di
daerah tempat tinggal Subha. Saat
melewati rumah Subha, tiba-tiba muncullah anjingnya dan menggonggong kepada
Buddha. Kemudian Buddha berkata “ hai Todeya, dari engkau menjadi manusia
hingga kini menjadi seekor anjing engkau tetap saja tidak pernah ramah
kepadaKu.” Setelah mendengar hal ini anjing itu pun langsung terdiam dan Buddha
pun berlalu.
Ketika Subha pulang ke rumahnya, ia merasa bingung karena
sang anjing tidak menyambutnya dan diam saja. Ia lalu menanyakan kepada
pelayannya apa yang terjadi dengan anjingnya. Pelayannya menceritakan peristiwa
ketika anjing itu bertemu dengan Buddha. Mendengar cerita dari si pelayan,
Subha pun menjadi marah karena Buddha mengatakan bahwa anjing itu dulunya
adalah Todeya, ayahnya. Ia tidak terima mengapa ayahnya dikatakan terlahir
sebagai seekor anjing.
Subha mendatangi Buddha untuk meminta penjelasan. Ia menayakan kepada Buddha apa alasan
mengatakan ayahnya terlahir sebagai seekor anjing. Buddha tidak langsung menjawab pertanyaan
Subha. Ia berkata “ Subha apakah kamu ingin mengetahui di mana ayahmu menyimpan
4 guci yang terbuat dari emas yang selama ini kamu cari?” Mendengar kata-kata
tersebut Subha lupa tujuannya datang semula. Ia ingin tahu dimana ayahnya
menyimpan guci tersebut. Buddha lalu berkata “kalau kamu ingin tahu nanti
ketika kamu pulang berilah makan anjingmu dengan makanan kesukaannya. Kalau ia sudah kenyang dan terlihat mengantuk
kamu tepuk punggungnya dan katakana kepadanya Ayah dimana kamu menyimpan 4 guci
yang terbuat dari emas, maka anjing itu akan bangkit dan pergi ke suatu tempat.
Ikuti dia maka kamu akan menemukan tempatnya.”
Setelah mendengar hal itu Subha mengikuti sesuai dengan
petunjuk Buddha. Dan akhirnya ia
menemukan dimana guci itu berada. Setelah menemukan guci itu Subha percaya
kepada Buddha dan tertarik untuk belajar Dhamma.
Subha sering bertanya-tanya mengapa setiap orang dilahirkan
berbeda, baik fisik, sifat, kecerdasan, kebijaksanaan dan nasibnya. Buddha menjawab
pertanyaan tersebut dan mengatakan “setiap orang memiliki perbuatannya
sendiri, mewarisi perbuatannya sendiri, lahir dari perbuatannya sendiri,
tergantung pada perbuatannya sendiri, perbuatan apapun yan akan dilakukan
perbuatan itulah yang akan diwarisinya. Kenapa manusia berbeda-beda karena
perbuatan baik dan buruk manusia berbeda-beda maka hasilnya juga berbeda-beda. Misalnya mengapa ada orang yang usianya
panjang dan ada yang usianya pendek? Orang
yang usianya pendek pada kehidupan lampaunya suka membunuh, sedangkan orang
yang berumur panjang, pada kehidupan lalunya tidak suka membunuh, dan suka
menolong. Mengapa ada yang lahir dengan wajah buruk dan ada yang tampan/cantik?
Orang yang terlahir buruk rupa pada kehidupan lampau suka marah-marah dan suka
berkata kasar dll. Sedangkan orang yang berwajah tampan dan cantik tidak suka
marah-marah, pemaaf dll.
Langganan:
Postingan (Atom)