Rabu, 09 Desember 2009
Belajar Dhamma di Bonbin
Jalan-jalan ke kebun binatang sambil belajar Dhamma, why not? Itulah yang dilakukan oleh GABI Vihara Buddhayana Surabaya pada akhir November yang lalu. Kegiatan yang bertemakan kebaikan hati ini diikuti sekitar 30 anak, dan didampingi oleh beberapa orang tua dan kakak pembina GABI. Pada kegiatan ini ada target yang harus dipenuhi oleh anak-anak. Untuk anak kelas 4 ke atas, target yang diberikan adalah mereka harus mengamati kebaikan hati yang dilakukan oleh hewan-hewan di kebun binatang, sedangkan bagi anak kelas 4 ke bawah, mereka harus memberikan makan kepada hewan di sana sebagai praktek kebaikan hati.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 2.5 jam ini cukup diminati oleh anak-anak, hal ini terlihat dari antusiasme mereka untuk mengikuti kegiatan ini hingga selesai walaupun harus berjalan kaki cukup jauh mengitari kawasan kebun binatang dengan cuaca yang cukup terik. Di antara hewan-hewan yang ada di kebun binatang yang paling menarik perhatian anak-anak adalah monyet dan orang utan, mungkin karena tindak-tanduk kedua hewan ini agak mirip dengan manusia :)
Minggu, 06 Desember 2009
Shake n Twist
Namo Buddhaya,
Senang sekali rasanya, tim IPGABI Vihara Buddhayana Surabaya berhasil memenangkan lomba cipta mainan anak Buddhis yang diadakan oleh panitia HUT Buddhayana bulan Agustus yang lalu. Hasil karya yang diberi nama "Shake n Twist" ini berhasil menjadi juara III dan juara favorit pengunjung. Game ini berbentuk 3 dimensi, terdiri dari 108 kolom. Di beberapa kolom terdapat tanda-tanda yang berisi instruksi dan pertanyaan seputar Buddhis yang harus dijawab oleh peserta untuk dapat lanjut ke tahap selanjutnya. Selain itu terdapat juga beberapa tanda lain seperti skip dan reverse. Pemenangnya ialah yang paling cepat menuju ke kolom 108. Agar lebih menarik, dibuat juga aturan tambahan tidak boleh ada >1 peserta di kolom yang sama, jika ada maka peserta yang pertama kali di kolom tersebut harus mengulang lagi dari awal. Harapan kami semoga game ini dapat dimainkan oleh anak-anak Buddhis di seluruh nusantara. Sadhu3x
IBUKU
oh.. ibuku yang baik
oh... ibuku yang cantik
bahagialah selalu dalam setiap waktu
jangan ibu berduka berlinang air mata
smoga ibu bahagia itu doa ananda
la la la la la la la la
oh.. ibuku engkaulah pelita hatiku
oh.. ibuku engkaulah tumpuan harapanku
oh... ibuku yang cantik
bahagialah selalu dalam setiap waktu
jangan ibu berduka berlinang air mata
smoga ibu bahagia itu doa ananda
la la la la la la la la
oh.. ibuku engkaulah pelita hatiku
oh.. ibuku engkaulah tumpuan harapanku
SURAT UNTUK MAMA
* untuk di atas kelas 1 SD
anak2 diminta untuk membuat surat kepada orang tua yang didalamnya berisikan permintaan maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat dan ucapan terima kasih atas kebajikan-kebajikan disertai ucapan " aku sayang mama"
anak2 dapat di ajari lagu:
IBUKU
oh.. ibuku yang baik
oh... ibuku yang cantik
bahagialah selalu dalam setiap waktu
jangan ibu berduka berlinang air mata
smoga ibu bahagia itu doa ananda
la la la la la la la la
oh.. ibuku engkaulah pelita hatiku
oh.. ibuku engkaulah tumpuan harapanku
anak2 diminta untuk membuat surat kepada orang tua yang didalamnya berisikan permintaan maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat dan ucapan terima kasih atas kebajikan-kebajikan disertai ucapan " aku sayang mama"
anak2 dapat di ajari lagu:
IBUKU
oh.. ibuku yang baik
oh... ibuku yang cantik
bahagialah selalu dalam setiap waktu
jangan ibu berduka berlinang air mata
smoga ibu bahagia itu doa ananda
la la la la la la la la
oh.. ibuku engkaulah pelita hatiku
oh.. ibuku engkaulah tumpuan harapanku
CERITA IBU DAN BERAS
* untuk segala usia
(agar materi lebih menarik dapat dibuat drama, panggung boneka, dll)
Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya" .
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.
Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku…… ……… …
Inti dari Cerita ini adalah:
Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan" Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: " Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. .. selamanya".
(agar materi lebih menarik dapat dibuat drama, panggung boneka, dll)
Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya" .
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.
Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku…… ……… …
Inti dari Cerita ini adalah:
Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan" Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: " Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. .. selamanya".
HARI IBU
* Untuk segala usia
Tujuan:
- Anak mengingat kebajikan orang tua terutama ibu.
- Mengetahui kewajiban anak terhadap orang tua seperti menghormati orang tua, menyayangi, mengurangi beban orang tua (membantu orang tua), membuat orang tua bahagia.
Cerita:
KEBAJIKAN ORANG TUA
Pada suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur, yang sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisinya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak:
= Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7 500,00
= Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5 000,00
= Untuk pergi ke toko menggantikan nama Rp. 10 000,00
= Untuk menjaga adik waktu mama belanja Rp. 15 000,00
= Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5 000,00
= Untuk rapor yang bagus Rp. 25 000,00
= Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12 500,00
-------------------------------------------------------------------------
Jumlah utang Rp. 80.000,00
Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil bolpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:
* Untuk sembilan bulan ketika mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut mama, Gratis.
* Untuk semua malam ketika mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis.
* Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis.
* Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis.
* Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis,
Anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati mama adalah GRATIS.
Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: 'Ma, aku sayang sekali pada Mama'.
Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis dengan huruf besar-besar: "LUNAS".
Tujuan:
- Anak mengingat kebajikan orang tua terutama ibu.
- Mengetahui kewajiban anak terhadap orang tua seperti menghormati orang tua, menyayangi, mengurangi beban orang tua (membantu orang tua), membuat orang tua bahagia.
Cerita:
KEBAJIKAN ORANG TUA
Pada suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur, yang sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisinya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak:
= Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7 500,00
= Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5 000,00
= Untuk pergi ke toko menggantikan nama Rp. 10 000,00
= Untuk menjaga adik waktu mama belanja Rp. 15 000,00
= Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5 000,00
= Untuk rapor yang bagus Rp. 25 000,00
= Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12 500,00
-------------------------------------------------------------------------
Jumlah utang Rp. 80.000,00
Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil bolpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:
* Untuk sembilan bulan ketika mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut mama, Gratis.
* Untuk semua malam ketika mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis.
* Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis.
* Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis.
* Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis,
Anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati mama adalah GRATIS.
Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: 'Ma, aku sayang sekali pada Mama'.
Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis dengan huruf besar-besar: "LUNAS".
Langganan:
Postingan (Atom)