Kamis, 22 Juli 2010

Brahmavihara

Brahmavihara / kediaman luhur adalah keadaan batin yang sempurna, luhur atau mulia. Empat keadaan batin ini dikatakan sempurna atau luhur karena merupakan cara bertindak dan bersikap yang benar dan ideal terhadap semua makhluk hidup. Keempatnya menyediakan jawaban terhadap semua situasi yang muncul dalam kontak sosial. Batin seorang Buddha / Arahat memiliki empat keadaan batin ini secara sempurna. Brahmavihara terdiri dari 4 hal yaitu:

Metta
Cinta kasih universal, tanpa nafsu untuk memiliki, tanpa membedakan. Metta dapat diumpamakan sebagai: “ seorang ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya, seharusnya seseorang yang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk “. Nasihat sang Buddha tersebut adalah perasaan cinta kasih yang tidak didasarkan pada nafsu seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan yang murni untuk membahagiakan anaknya.

Karuna
Kasih sayang, bersyukur atas apa yang kita miliki, memiliki empati pada kesulitan makhluk lain. Kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.

Mudita
Turut berbahagia atas kebahagiaan yang dirasakan makhluk lain. Mudita dapat mencabut akar irihati yang merusak. Mudita juga dapat menolong orang lain mencapai kebahagiaan. Sasaran utama mengembangkan mudita adalah terhadap semua makhluk yang makmur dan sejahtera.

Upekkha
Tenang seimbang, kondisi batin yang tenang dan tak tergoyahkan, baik oleh hal-hal yang membuat kita berbahagia maupun membawa penderitaan. Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa dengan pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai. Demikianlah mereka melatih keseimbangan batin.

Nirvana

Nirvana adalah tujuan akhir umat Buddha. Nirvana adalah kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan Nirvana tidak terikat pada kondisi, konstan dan stabil. Kebahagiaan Nirvana tidak tergoyahkan oleh apapun dan berlangsung selamanya. Nirvana bukanlah suatu tempat. Nirvana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nirvana bukanlah suatu surga.

Nirvana secara harafiah berarti berhentinya suatu proses karena hilangnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses tersebut. Sang Buddha menggunakan kata Nirvana sebagai penunjuk terhadap berhentinya proses kelahiran kembali yang mengakibatkan makhluk hidup terus menerus diliputi oleh Dukkha.

Nirvana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan bathin (moha). Nirvana merupakan bagian ketiga dari Empat Kesunyataan Mulia, yaitu Lenyapnya Dukkha

Empat Kebenaran Mulia

Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran absolut atau mutlak yang berlaku bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya, maupun agama. Mengakui atau tidak mengakui, suka atau tidak suka, setiap manusia mengalami dan diliputi oleh hukum kebenaran ini.
Empat Kebenaran Mulia ditemukan oleh Pertapa Siddharta yang bermeditasi di bawah Pohon Bodhi hingga memperoleh Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha. Empat Kebenaran Mulia yang ditemukan itu diajarkan oleh Buddha Gotama kepada umat manusia di bumi ini. Muncul ataupun tidak muncul seorang Buddha di dunia ini, kebenaran itu akan tetap ada dan berlaku secara universal.
Empat Kebenaran itu adalah:
  1. Kesunyataan tentang adanya Dukkha (Dukkha)
  2. Kesunyataan tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
  3. Kesunyataan tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
  4. Kesunyataan tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga)
Dukkha dalam Empat Kebenaran Mulia diterjemahkan sebagai hal-hal yang tidak membawa kepuasan sejati, kepuasan hati yang berlangsung selamanya. Karena seluruh alam semesta memiliki sifat selalu mengalami perubahan, maka perasaan bahagia yang bergantung pada kondisi tidak dapat bertahan karena kondisi akan selalu mengalami perubahan.

Senin, 19 Juli 2010

Tripitaka

Tripitaka (bahasa Sansekerta) atau Tipitaka (bahasa Pali) adalah kitab suci agama Buddha.

Tripitaka artinya 3 keranjang / kelompok
3 kelompok Tripitaka yaitu :
      1.Vinaya pitaka, berisi peraturan kebhikkhuan
      2.Sutta Pitaka, berisi mengenai sabda-sabda Sang Buddha
      3.Abidhamma Pitaka, berisi analisa mendalam ajaran Sang Buddha yang mencakup ilmu fisika dasar, ilmu jiwa, logika, dan etika

Kelompok Tripitaka di atas masih terbagi lagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Beberapa yang sering kita jumpai, misalnya Dhammapada dan Jataka merupakan bagian dari Khuddaka-Nikaya yang tergolong dalam Sutta Pitaka.

Setelah sang Buddha parinibbana, para Siswa utama Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki kemampuan khusus di bidangnya, berkumpul untuk mengulang kembali ajaran-ajaran Buddha.
Peraturan kebhikkhuan diulang oleh Y.A. Upali, siswa Buddha yang terkemuka dalam mempelajari Vinaya. Sedangkan sabda-sabda Buddha diulang oleh Y.A. Ananda, siswa yang selalu mendampingi Buddha, memiliki ingatan yang sangat bagus sehingga dikenal sebagai Bendahara Dhamma.
Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa.

Ajaran yang diulang inilah yang kemudian hari ditulis menjadi Tripitaka

Bendera Buddhis


Bendera Buddhis, terdiri dari lima warna, yaitu :
Biru artinya bakti
Kuning artinya bijaksana
Merah artinya cinta kasih
Putih artinya suci
Jingga/Orange artinya semangat

Warna Bendera Buddhis berasal dari aura Buddha yang dipancarkan dari tubuh Buddha, baik yang melingkar dibelakang kepala maupun yang menyelubungi tubuhnya. Aura Buddha terdiri dari 6 macam, yaitu: Biru, Kuning, Merah, Putih, Jingga/orange, dan campuran dari kelima warna sebelumnya. Aura tubuh Buddha muncul pertama kali setelah mencapai penerangan sempurna di hutan Uruvela. Belakangan warna aura tubuh Buddha tersebut dijadikan sebagai Bendera Buddhis oleh J.R. De Silva dan Kolonel H.S.Olcott untuk menandakan kembali kebangkitan kembali agama Buddha di Ceylon.

Kamis, 15 Juli 2010

Tekad Bodhicitta

Berlindung dan Membangkitkan Boddhicitta

Saya Berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha hingga mencapai penerangan
Melalui kebajikan yang saya lakukan, semoga saya mencapai tingkat KeBuddhaan bagi kebahagiaan semua makhluk. (3x)

Empat Hal yang tak terhingga


Semoga semua makhluk berbahagia dan memiliki penyebab kebahagiaan.
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan dan penyebab penderitaan.
Semoga semua makhluk tidak terpisah dari kebahagiaan tanpa penderitaan.
Semoga semua makhluk berada dalam ketenangan,
terbebas dari dualisme, keterikatan dan kemarahan

Semoga aku menjadi obat bagi yang sakit
Semoga aku menjadi makanan bagi yang kelaparan
Semoga aku menjadi pelindung bagi yang dalam bahaya
Semoga aku menjadi embun bagi yang murka
Semoga aku menjadi pemandu bagi yang tersesat
Semoga aku menjadi bahtera bagi yang menyeberang
Semoga aku menjadi pelita bagi yang dalam gulita

Semoga sepanjang masa
Saat ini dan selamanya
Aku melayani, untuk menjadi sempurna
Aku menjadi sempurna, untuk melayani
Aku ingin jadi Buddha
Semoga yang lain tercerahkan juga.

8 Transformasi Pikiran

( + untuk Pagi hari )

Dengan pikiran untuk mencapai penerangan,
Demi kebahagiaan semua makhluk,
Yang lebih mulia daripada permata pengabul harapan
Saya akan selalu memegangnya dengan penuh belas kasih

Apabila saya bersama orang lain saya akan menempatkan diri saya
Sebagai yang terendah,
Dan dari hati saya yang terdalam
Saya akan memandang orang lain sebagai orang yang sangat mulia

Dalam semua perbuatan, saya akan mengawasi pikiran saya
Dan pada saat keadaan yang mengganggu muncul,
Yang membahayakan diri saya dan orang lain
Saya akan berusaha melawan dan menghilangkannya.

Apabila saya bertemu dengan orang yang berkelakuan buruk,
Yang diliputi oleh keburukan dan penderitaan yang hebat,
Saya akan memperlakukan orang seperti itu dengan cinta kasih.
Seperti jika saya menemukan suatu harta yang tak ternilai

Jika orang lain dengan penuh kedengkian
Memperlakukan saya dengan buruk melalui kekerasan, fitnah dan sebagainya,
Saya akan mengalah dan memberikan kemenangan kepada mereka

Ketika saya telah berbuat baik pada seseorang
Dan saya telah menaruh harapan kepercayaan besar kepadanya
Kemudian ia menyakiti saya
Saya akan memandangnya sebagai guru utama saya

Singkatnya saya akan memberikan secara langsung atau tidak langsung
Setiap keuntungan dan kebahagiaan kepada semua makhluk, ibu saya
Saya akan menanggung secara diam-diam
Semua penderitaan dan perbuatan mereka yang menyakitkan

Tanpa latihan ini dikotori oleh delapan noda keduniawian,
Dan dengan memandang semua fenomena sebagai ilusi,
Saya akan berlatih tanpa kemelekatan untuk membebaskan semua makhluk,
dari perbudakan pikiran yang belum ditundukkan karma.

Senin, 12 Juli 2010

Peta Menuju Nibbana



Peralatan : Karton manila, spidol, lem, gunting, pensil warna

Cara bermain:
  • bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok
  • setiap kelompok harus menyelesaikan pertanyaan di pos 1 dan 2
  • pos 1 berisi 15 pertanyaan dan setiap pertanyaan bernilai 1 poin
  • pos 2 terdiri dari 5 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan bernilai 2 poin
  • Ada 3 pilihan bantuan yang ditawarkan :
          a. Gudang Dharma berisi buku-buku referensi (hanya dapat digunakan sebanyak 2x)
          b. Bertanya kepada orang sekitar ( hanya dapat digunakan sebanyak 1x )
          c. Jawaban 50 % benar – 50% salah dari Guru ( hanya dapat digunakan sebanyak 1x )
  • Setelah menyelesaikan pertanyaan di pos 1, siswa diberi urutan peta menuju nibbana (berisi jalan tengah beruas 8 beserta pengertian singkatnya)
  • Setelah menyelesaikan pertanyaan di pos 2, siswa diberi kesempatan untuk menukarkan poin yang diperolehnya dengan peralatan yang tersedia (setiap peralatan mempunyai poin masing-masing, misalnya karton = 5 poin, spidol = 3 poin dst)
  • Setelah mendapatkan peralatan, siswa ditugaskan membuat peta menuju nibbana dengan memasangkan jalan tengah beruas 8 dengan penjelasannya, kemudian dihias

Jalan tengah beruas 8:
  • Pengertian benar : memiliki pengertian yang benar tentang keadaan hidup ini
  • Pikiran benar : memiliki pikiran tidak membenci, tidak serakah, dan tidak bodoh
  • Ucapan benar : menghindari ucapan yang menimbulkan rasa benci, dendam, irihati, perkelahian
  • Perbuatan benar : melakukan perbuatan yang luhur, bersusila dan tidak merugikan makhluk lain
  • Mata pencaharian benar : memiliki pekerjaan yang sesuai, yang terhindar dari penipuan, kecurangan, ketidaksetiaan
  • Daya upaya benar : berusaha memunculkan pikiran baik yang belum muncul, dan mengembangkan pikiran baik yang telah muncul; berusaha menstop pikiran buruk yang belum muncul dan menghentikan pikiran buruk yang telah muncul
  • Perhatian benar : senantiasa memperhatikan gerak gerik dari pikiran, perasaan, badan jasmani serta kesadaran kita
  • Konsentrasi benar : pemusatan pikiran pada satu objek, meditasi yang benar

Kamis, 01 Juli 2010

Membuat Bola-bola Coklat

Membaca judul di atas, mungkin membuat kita membayangkan segumpal coklat nikmat berbentuk bola dengan berbagai macam taburan. Namun bagaimana jika bola-bola coklat ini dibuat oleh anak-anak yang masih SD? Tentunya ada beragam cerita menarik dibaliknya. Nah inilah yang dilakukan oleh GABI Vihara Buddhayana Surabaya pada Bulan Juni yang lalu. Mereka membuat bola-bola coklat secara berkelompok. Namun proses membuatnya tidak sama dengan yang biasa dilakukan. Mereka dibagi ke dalam 3 kelompok, dimana setiap kelompok hanya memiliki 1 jenis bahan, dan setiap kelompok memiliki bahan yang berbeda dari kelompok lainnya. Untuk itu mereka harus saling berbagi.
Karena ini adalah proyek untuk anak-anak, maka bahannya pun tidak sekompleks yang biasa dibuat, hanya menggunakan marie yang sudah dihaluskan, susu kental manis dan meises sebagai taburannya. Agar lebih higienis, jangan lupa juga gunakan sarung tangan plastik untuk membuat kue. Cara membuatnya mudah, cukup campurkan meises dan susu kental manis, aduk hingga rata kemudian bentuk menyerupai bola dan gulingkan pada meises, dinginkan sebentar di lemari es, bola-bola coklat sudah siap disajikan. Ketika ditanya bagaimana rasanya, anak-anak menjawab "Enak!!!", kakak pembina saja hampir tidak kebagian :) Ya itulah dunia anak-anak, penuh dengan kegembiraan dan keceriaan. Jadi, belajar tidak harus serius terus kan..., kita tetap bisa mengajarkan nilai-nilai melalui berbagai kegiatan yang mereka sukai.